http://sehat-ituindah.blogspot.com
KHAWATIR akan kesehatan janin yang dikandungnya menjadi pertimbangan para ibu hamil saat menjalani ibadah puasa. Sebenarnya, apakah dampak puasa terhadap janin?
Janin yang ada dalam kandungan, pada umumnya menjadi kekhawatiran bagi para ibu yang tengah hamil untuk menjalani rukun Islam yang keempat. Ada ketakutan tersendiri bagi mereka selama berpuasa kebutuhan si jabang bayi tidak akan terpenuhi. Alhasil, perkembangan janin pun akan terganggu. Seperti dikatakan Amalia, ibu rumah tangga yang kini sedang mengandung tiga bulan anak pertamanya.
”Sebenarnya sih enggak ada keluhan berarti, tapi saya takut bayi saya kesehatannya terganggu kalau saya puasa. Apalagi saya masih hamil muda, kata orang masih sangat rentan. Bayi usia segitu kan masih amat membutuhkan banyak asupan gizi,” ungkap Amalia.
Berbeda dengan Maryani yang juga sedang hamil usia yang sama. Dia justru memilih berpuasa lantaran meyakini aman dan malah menyehatkan tubuh. ”Tapi, mungkin namanya ibu hamil rasanya sudah beda. Saya sekitar pukul 11.00 saja sudah terasa perut keroncongan. Ya namanya juga dua orang, tapi saya enjoy saja dan alhamdulillah belum bolong puasanya,” kata wanita yang akrab disapa Ani ini.
Lantas apakah berpuasa aman bagi ibu hamil dan tidak mengganggu kondisi janin? Sejatinya, puasa tidak berpengaruh terhadap kesehatan tubuh. Karena amannya berpuasa ini, bahkan perempuan yang sedang hamil sekalipun tetap diperbolehkan menjalankan ibadah yang satu ini.
”Puasa tidak memengaruhi kondisi janin yang berada di dalam kandungan, justru yang terpengaruh adalah kondisi ibunya sendiri apakah ia sehat selama menjalankan ibadah puasa atau tidak,” tutur Dr Laila Nuranna SpOG dari Bagian Obstetri dan Ginekologi RSCM. Hal ini karena bayi yang ada dalam kandungan tidak terpengaruh secara langsung berkaitan dengan kegiatan pola makan yang dilakukan sang ibu. Bayi yang berada dalam kandungan mendapat asupan makanan dari plasenta atau ariari lewat aliran darah dan langsung menyebar ke seluruh tubuh. Sebelumnya dengan dipompa terlebih dahulu lewat jantung, kemudian barulah disalurkan.
Dilanjutkan Laila, berpuasa bagi ibu hamil banyak maknanya, bukan saja sekadar menggugurkan kewajibannya sebagai seorang muslim. Lebih dari itu, puasa adalah sebagai sebuah media pelatihan bagi sang janin selama dalam kandungan. ”Dari sejak dalam kandungan sudah kita ajarkan berpuasa, tentunya kita berharap agar kelak ia menjadi anak yang saleh dan berbakti kepada orang tua. Disadari atau tidak, ini ada kaitannya,” kata Laila.
Menurut Laila, saat usia kehamilan berkisar antara empat sampai tujuh bulan, puasa tidak akan berpengaruh apa-apa. Pada masa itu biasanya kondisi kesehatan sang ibu sudah dalam taraf penyesuaian. Akan lain keadaannya apabila kondisi kehamilan ibu masih dalam taraf relatif muda. Pada masa ini biasanya ibu hamil sering merasa mual-mual dan terkadang berlanjut dengan muntah. Jika ibu hamil merasakan keadaan ini, Laila pun menyarankan untuk menghentikan dahulu kegiatan berpuasa. Yang penting, Lila menyebutkan, ibu hamil tidak memaksakan diri untuk berpuasa.
Di samping keluhan mual dan muntah, ibu hamil juga sebaiknya memutuskan puasanya apabila mengalami keluhan lain. Sebut saja mempunyai tekanan darah tinggi, kencing manis, ataupun gangguan pencernaan. Ibu hamil pun harus mengenali isyarat tubuh. Bila merasa sangat lelah, pusing, gemetaran, mual, dan demam yang merupakan gejala berkurangnya kadar gula dalam darah (hipoglikemia), maka boleh saja membatalkan puasanya.
Menjalankan ibadah puasa bagi ibu hamil juga dibenarkan oleh dr Noroyono Wibowo yang juga dari RSCM. ”Bolehkah ibu hamil berpuasa, coba kita tanya lagi pada diri sendiri. Puasa itu siapa yang menyuruh? Tuhan. Disuruh kepada siapa? Orang beriman. Ya sudah terjawab kan. Masa Tuhan mau mencelakai umat-Nya yang tunduk pada perintah-Nya,” kata pria yang sering disapa Bowo ini.
Puasa, menurut Bowo, sematamata hanyalah memindahkan waktu makan. Dari siang ke malam. Namun, selama berpuasa asupan gizi dan kalori tetap dibuat sama dengan saat tidak berpuasa, yaitu gizi seimbang dengan komposisi 50 persen karbohidrat, 30 persen protein, dan 10-20 persen lemak. Hanya waktunya yang dipindah, semua asupan dipenuhi pada saat sahur, berbuka puasa, dan waktu antara berbuka dan sahur.
”Selama hamil, asupan kalori sangat diperlukan sebagai nutrisi untuk perkembangan dan pertumbuhan bayi dalam kandungan. Jadi, bagi ibu hamil, sebaiknya lebih memperhatikan asupan makanan yang dimakan saat sahur, berbuka puasa dan waktu antara berbuka hingga sahur,” tuturnya.
Berpuasa bagi ibu hamil bukan hanya dapat dikerjakan bagi wanita hamil muda. Mereka yang tengah hamil tua pun dapat ikut menikmati keindahan berpuasa. Namun, perlu diketahui bahwa pada usia kehamilan lebih dari tujuh bulan biasanya janin memerlukan asupan makanan lebih banyak. Inilah yang menyebabkan si ibu terlihat sering lemas.
”Cara menyiasatinya di antaranya perbanyak minum, baik sewaktu sahur dan berbuka puasa untuk menambah cairan dalam tubuh,” kata Bowo.
Menyangkut konsumsi cairan selama puasa itu, pada dasarnya puasa bagi ibu hamil sama dengan ibu menyusui. Sang ibu harus pandai-pandai memperbanyak cairan dalam tubuh ketika berbuka puasa atau sahur.
Sumber: www.okezone.com