http://sehat-ituindah.blogspot.com
BLOG INI BERISIKAN KUMPULAN ARTIKEL KESEHATAN TERBARU, INFO KESEHATAN, INFO PENYAKIT, TIPS SEHAT, PANDUAN HIDUP SEHAT , DSB YANG DAPAT MENJADI REFERENSI BAGI YANG MEMBUTUHKAN INFORMASI KESEHATAN. SEHAT YUK...
ALAMI DAN ILMIAH (PRODUK HERBAL/PERLEBAHAN TERBAIK)
Thursday, May 20, 2010
Deteksi Dini Kanker Payudara
BAGI perempuan, menyebut penyakit yang satu ini pastilah menimbulkan rasa takut. Selain kanker rahim, kanker payudara termasuk penyakit yang paling banyak menyerang wanita.
Sumber: www.okezone.comSaturday, May 15, 2010
Sehat dengan Herbal
http://sehat-ituindah.blogspot.com
PENGOBATAN herbal makin diminati oleh masyarakat. Terutama pasien yang menderita penyakit cukup berat. Obat herbal dianggap sebagai harapan baru untuk kesembuhan berbagai penyakit.
Sumber: www.okezone.com
PENGOBATAN herbal makin diminati oleh masyarakat. Terutama pasien yang menderita penyakit cukup berat. Obat herbal dianggap sebagai harapan baru untuk kesembuhan berbagai penyakit.
Mahalnya pengobatan konvensional serta ketakutan terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh obat ini, menjadikan masyarakat banyak beralih ke pengobatan herbal. Alhasil, obat herbal pun menjadi tumpuan harapan bagi pasien dengan berbagai keluhan penyakit. Terutama penyakit yang cukup berat seperti kanker.
Melihat kondisi dewasa ini, kecenderungan gaya hidup kini mulai kembali pada penggunaan produk-produk berbahan alami. Di berbagai negara, hal ini dikenal sebagai “gelombang hijau baru” atau new green wave dalam bahasa Inggrisnya. Gerakan ini berupaya menggunakan kembali bahan-bahan yang didapat dari alam.
Dari 25.000–30.000 spesies tanaman yang ada di Indonesia, sedikitnya sebanyak 9.600 di antaranya berpotensi sebagai obat. Namun, sejauh ini baru 300 spesies tanaman yang dimanfaatkan oleh industri obat tradisional.
Menurut Dr Dwi Ratna Sari H MKK, ramuan herbal berfungsi membantu proses kesembuhan dengan cara memperkuat jaringan yang terserang serta memperbaiki kerusakannya, menghentikan pendarahan, menghilangkan racun, menghilangkan rasa sakit. “Obat herbal juga bisa meningkatkan imunitas seluler dan fungsi hormonal,” kata Dwi.
Namun sejatinya, obat herbal bekerja sebagai pelengkap, bukannya pengganti obat-obat konvensional yang telah diresepkan oleh dokter. Jadi, obat ini aman dikonsumsi meski pada saat yang sama pasien juga tengah mengonsumsi obat dari dokter. Cukup beri waktu jeda 2–3 jam setelah pasien meminum obat pemberian dokter.
Akan tetapi Dwi mengaku, tidak sedikit di antara pasiennya yang telah menolak pengobatan konvensional dan beralih ke obat herbal. Ada pula pasien kanker yang memutuskan untuk menjalani terapi herbal ketimbang mengikuti kemoterapi.
“Dengan petunjuk yang diberikan seperti mengikuti diet, banyak pasien saya yang diberi kesembuhan,” kata dokter yang berpraktik di Klinik Mulyasari Medika ini.
Selain mengonsumsi obat herbal, ada baiknya pasien kanker juga menjaga makanannya. Sebaiknya penderita kanker tidak mengonsumsi daging, terutama daging hewan yang berkaki empat. Namun, sesekali pasien diizinkan menyantap ayam kampung atau ikan. Sayuran merupakan menu wajib yang harus ada di setiap jam makan. Ketika menjalani pengobatan herbal ini, Dwi mengatakan, yang paling penting adalah kondisi kejiwaan pasien. Pasien harus selalu berpikiran positif dan rela menjalani seluruh pengobatan.
“Yang pertama, pasien harus yakin bahwa pengobatan akan membawanya kepada kesembuhan, dan sabar,” beber tim peneliti Persatuan Dokter Herbal Medik Indonesia.
Kesabaran diperlukan karena obat herbal tidak bekerja secara cepat, namun memerlukan waktu, berbeda dengan obat yang diberikan dokter. Pengobatan herbal ini memang banyak dicari oleh pasien kanker.
Sayangnya, menurut Ketua Umum Perhimpunan Peneliti Bahan Alam Dr Maksum Radji, belum banyak orang yang meneliti khasiat obat herbal secara in vivo (langsung kepada pasien kanker) manusia. Namun secara sektoral, Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD), Jakarta, dan Rumah Sakit Dokter Sutomo, Surabaya, telah memulainya. Beberapa rumah sakit di Indonesia saat ini memang menyediakan poli herbal. Pengobatan secara herbal ini pun di beberapa tempat telah di-cover oleh Askes.
Maksum menambahkan, tata laksana dari Departemen Kesehatan masih tetap memakai obat sintetis, kemoterapi, dan penerapan teknologi kanker modern. Diharapkan obat herbal bisa mendampingi kemoterapi dan bersifat saling mendukung satu sama lain.
Menurut Hematologis dan Internis RSKD Profesor Dr dr Arry Harryanto Reksodiputro SpPDKHOM, obat herbal cukup efektif untuk meningkatkan imunitas tubuh pasien kanker. Pernyataannya itu didasari oleh studi yang dilakukannya kepada 15 pasien kanker nasofaring di RS Dharmais selama satu tahun terakhir. Dalam studinya tersebut, Arry memakai jenis obat herbal yang berasal dari ekstrak obat herbal China bernama tien-hsien liquid. Obat ini berisi beragam kandungan, di antaranya Cordyceps sinensis, Oldenlandia diffusae, Indigo pulverata levis, dan Polyporus umbellatus.
Penelitian dilakukan terhadap pasien kanker nasofaring yang telah menjalani terapi kemoterapi atau radiasi. Hasilnya, pemberian obat herbal selama empat pekan dapat meningkatkan imunitas pasien kanker yang biasanya menurun akibat kemoterapi ataupun radiasi.
Menurut Arry, obat herbal di China rata-rata berkhasiat meningkatkan fungsi-fungsi sel darah yang berperan dalam respon imun. Lebih jauh Arry mengatakan, sebagian besar obat herbal tidak mempunyai efek membunuh sel kanker secara langsung—berbeda dengan obat sintetis, yang langsung menyerang sel kanker.
“Obat herbal bersifat suportif, seperti menimbulkan nafsu makan, menghilangkan rasa sakit, membuat orang tidak lemas lagi, dan meningkatkan daya tahan tubuh,” ujarnya.
Dia menjelaskan, penelitiannya ini masih bersifat preliminary study atau baru evaluasi pendahuluan. Untuk melihat secara holistik, harus lebih banyak lagi studi yang mesti dilakukan kepada pasien kanker. Ke depan, bukan tidak mungkin ada interaksi antara obat herbal dan modern.
Atau sebaliknya, obat herbal malah memperkuat efek dari kemoterapi. Adapun obat herbal masih perlu sinkronisasi dari penelitian di batas in vitro ke penelitian in vivo. Menurut Maksum, yang masih menjadi kendala adalah perhitungan dosisnya.
Sumber: www.okezone.com
Mahalnya pengobatan konvensional serta ketakutan terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh obat ini, menjadikan masyarakat banyak beralih ke pengobatan herbal. Alhasil, obat herbal pun menjadi tumpuan harapan bagi pasien dengan berbagai keluhan penyakit. Terutama penyakit yang cukup berat seperti kanker.
Melihat kondisi dewasa ini, kecenderungan gaya hidup kini mulai kembali pada penggunaan produk-produk berbahan alami. Di berbagai negara, hal ini dikenal sebagai “gelombang hijau baru” atau new green wave dalam bahasa Inggrisnya. Gerakan ini berupaya menggunakan kembali bahan-bahan yang didapat dari alam.
Dari 25.000–30.000 spesies tanaman yang ada di Indonesia, sedikitnya sebanyak 9.600 di antaranya berpotensi sebagai obat. Namun, sejauh ini baru 300 spesies tanaman yang dimanfaatkan oleh industri obat tradisional.
Menurut Dr Dwi Ratna Sari H MKK, ramuan herbal berfungsi membantu proses kesembuhan dengan cara memperkuat jaringan yang terserang serta memperbaiki kerusakannya, menghentikan pendarahan, menghilangkan racun, menghilangkan rasa sakit. “Obat herbal juga bisa meningkatkan imunitas seluler dan fungsi hormonal,” kata Dwi.
Namun sejatinya, obat herbal bekerja sebagai pelengkap, bukannya pengganti obat-obat konvensional yang telah diresepkan oleh dokter. Jadi, obat ini aman dikonsumsi meski pada saat yang sama pasien juga tengah mengonsumsi obat dari dokter. Cukup beri waktu jeda 2–3 jam setelah pasien meminum obat pemberian dokter.
Akan tetapi Dwi mengaku, tidak sedikit di antara pasiennya yang telah menolak pengobatan konvensional dan beralih ke obat herbal. Ada pula pasien kanker yang memutuskan untuk menjalani terapi herbal ketimbang mengikuti kemoterapi.
“Dengan petunjuk yang diberikan seperti mengikuti diet, banyak pasien saya yang diberi kesembuhan,” kata dokter yang berpraktik di Klinik Mulyasari Medika ini.
Selain mengonsumsi obat herbal, ada baiknya pasien kanker juga menjaga makanannya. Sebaiknya penderita kanker tidak mengonsumsi daging, terutama daging hewan yang berkaki empat. Namun, sesekali pasien diizinkan menyantap ayam kampung atau ikan. Sayuran merupakan menu wajib yang harus ada di setiap jam makan. Ketika menjalani pengobatan herbal ini, Dwi mengatakan, yang paling penting adalah kondisi kejiwaan pasien. Pasien harus selalu berpikiran positif dan rela menjalani seluruh pengobatan.
“Yang pertama, pasien harus yakin bahwa pengobatan akan membawanya kepada kesembuhan, dan sabar,” beber tim peneliti Persatuan Dokter Herbal Medik Indonesia.
Kesabaran diperlukan karena obat herbal tidak bekerja secara cepat, namun memerlukan waktu, berbeda dengan obat yang diberikan dokter. Pengobatan herbal ini memang banyak dicari oleh pasien kanker.
Sayangnya, menurut Ketua Umum Perhimpunan Peneliti Bahan Alam Dr Maksum Radji, belum banyak orang yang meneliti khasiat obat herbal secara in vivo (langsung kepada pasien kanker) manusia. Namun secara sektoral, Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD), Jakarta, dan Rumah Sakit Dokter Sutomo, Surabaya, telah memulainya. Beberapa rumah sakit di Indonesia saat ini memang menyediakan poli herbal. Pengobatan secara herbal ini pun di beberapa tempat telah di-cover oleh Askes.
Maksum menambahkan, tata laksana dari Departemen Kesehatan masih tetap memakai obat sintetis, kemoterapi, dan penerapan teknologi kanker modern. Diharapkan obat herbal bisa mendampingi kemoterapi dan bersifat saling mendukung satu sama lain.
Menurut Hematologis dan Internis RSKD Profesor Dr dr Arry Harryanto Reksodiputro SpPDKHOM, obat herbal cukup efektif untuk meningkatkan imunitas tubuh pasien kanker. Pernyataannya itu didasari oleh studi yang dilakukannya kepada 15 pasien kanker nasofaring di RS Dharmais selama satu tahun terakhir. Dalam studinya tersebut, Arry memakai jenis obat herbal yang berasal dari ekstrak obat herbal China bernama tien-hsien liquid. Obat ini berisi beragam kandungan, di antaranya Cordyceps sinensis, Oldenlandia diffusae, Indigo pulverata levis, dan Polyporus umbellatus.
Penelitian dilakukan terhadap pasien kanker nasofaring yang telah menjalani terapi kemoterapi atau radiasi. Hasilnya, pemberian obat herbal selama empat pekan dapat meningkatkan imunitas pasien kanker yang biasanya menurun akibat kemoterapi ataupun radiasi.
Menurut Arry, obat herbal di China rata-rata berkhasiat meningkatkan fungsi-fungsi sel darah yang berperan dalam respon imun. Lebih jauh Arry mengatakan, sebagian besar obat herbal tidak mempunyai efek membunuh sel kanker secara langsung—berbeda dengan obat sintetis, yang langsung menyerang sel kanker.
“Obat herbal bersifat suportif, seperti menimbulkan nafsu makan, menghilangkan rasa sakit, membuat orang tidak lemas lagi, dan meningkatkan daya tahan tubuh,” ujarnya.
Dia menjelaskan, penelitiannya ini masih bersifat preliminary study atau baru evaluasi pendahuluan. Untuk melihat secara holistik, harus lebih banyak lagi studi yang mesti dilakukan kepada pasien kanker. Ke depan, bukan tidak mungkin ada interaksi antara obat herbal dan modern.
Atau sebaliknya, obat herbal malah memperkuat efek dari kemoterapi. Adapun obat herbal masih perlu sinkronisasi dari penelitian di batas in vitro ke penelitian in vivo. Menurut Maksum, yang masih menjadi kendala adalah perhitungan dosisnya.
Mengenali Cacingan pada si Kecil
http://sehat-ituindah.blogspot.com
ANAK-ANAK rentan terkena cacingan. Selalu menjaga kebersihan tangan dan sanitasi lingkungan menjadi kunci utama mencegah anak terkena cacingan.
Sumber: www.okezone.com
ANAK-ANAK rentan terkena cacingan. Selalu menjaga kebersihan tangan dan sanitasi lingkungan menjadi kunci utama mencegah anak terkena cacingan.
Jangan anggap sepele cacingan karena jika tidak cepat memberantas parasit ini, dikhawatirkan anak akan kekurangan nutrisi. Cacing akan menyerap zat gizi dalam tubuh dan membuat kurus anak yang diserang. Dampaknya bagi si penderita ternyata tak kalah berbahaya ketimbang penyakit lain. Apalagi yang jadi korban kebanyakan adalah anak-anak. Akibatnya selain perkembangan fisiknya terganggu, kemampuan otak pun bisa terhambat.
Ciri-ciri anak cacingan
Mengenai kaki kasar dan belekan merupakan ciri-ciri cacingan, alangkah baiknya jika Moms memeriksakan ke dokter spesialis anak untuk lebih memastikan lagi apakah si kecil memang cacingan atau tidak. Umumnya ciri anak cacingan
Seperti dikutip dari Mom & Kiddie, dr Muhidin SpA dari Rumah Sakit Harapan Bunda, Jalan Raya Bogor Km 22 Nomor 24, Rambutan, Jakarta Timur menjelaskan ciri-ciri anak kena cacingan adalah:
- Pucat, lesu, tidak bergairah.
- Gangguan pertumbuhan seperti berat badan tidak naik meski nafsu makan besar.
- Kurus namun berperut buncit.
- Anak gelisah di malam hari dan suka menggaruk pantatnya.
- Gangguan lambung dan usus seperti mulas dan diare berkala atau sebaliknya, sulit buang air besar.
- Batuk-batuk.
Cacing tambang dan cacing kremi
Ada dua spesies cacing tambang yang biasa menyerang manusia, Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Sekira seperempat penduduk dunia terinfeksi oleh cacing tambang. Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembap, dengan tingkat kebersihan yang buruk.
Cacing kremi paling sering ditemukan kebanyakan pada anak. Infeksi dapat pada seluruh lapisan sosio ekonomi. Jika satu keluarga terkena bukan berarti standar higienis keluarga tersebut buruk. Gejalanya gatal di daerah anus bisa juga di vulva vagina. Jika anak ibu tidur nungging, cari dulu apa penyebabnya? Apakah karena anusnya gatal? Atau karena apa? Jika ia terlihat menggaruk-garuk area sekitar anus bisa jadi anak Moms terkena cacing kremi.
Cegah cacingan
- Ajari anak untuk selalu membiasakan mencuci tangan dengan sabun sehabis bermain, sebelum makan, dan sesudah makan.
- Potong kuku anak secara teratur. Kuku panjang bisa menjadi tempat bermukim larva cacing. Cucilah sayuran di air mengalir dan masaklah daging hingga benar-benar matang.
- Biasakan agar anak tidak memasukkan tangan ke dalam mulut.
- Beri obat cacing enam bulan sekali untuk memotong siklus hidup cacing. Anda bisa memulainya ketika anak berusia enam bulan.
- Jaga selalu kebersihan sanitasi lingkungan.
Sumber: www.okezone.com
Monday, May 3, 2010
Influenza Bisa Menyebabkan Gagal Ginjal
http://sehat-ituindah.blogspot.com
DALAM tubuh, ginjal memiliki peran kunci. Tidak hanya menyaring darah dan membersihkan limbah tubuh, namun juga menjaga keseimbangan tingkat-tingkat elektrolit, mengontrol tekanan darah, dan menstimulasi produksi sel-sel darah merah.
Sumber : okezone.com
DALAM tubuh, ginjal memiliki peran kunci. Tidak hanya menyaring darah dan membersihkan limbah tubuh, namun juga menjaga keseimbangan tingkat-tingkat elektrolit, mengontrol tekanan darah, dan menstimulasi produksi sel-sel darah merah.
Ginjal terletak di belakang perut, satu kiri dan satu kanan tulang belakang. Ginjal mendapat suplai darah melalui srteri-arteri ginjal langsung dari aorta dam mengirim balik darah ke jantung melalui pembuluh vena ginjal.
Glomerulonefritis merupakan salah satu penyakit ginjal yang biasa disebut dengan peradangan ginjal. Penyakit ginjal yang biasa disebut dengan peradangan ginjal. Penyakit ini ditandai dengan peradangan sebagian glomeruli ginjal. Kondisi ini dapat terjadi ketika sistem imun tubuh lumpuh.
Antibodi dan zat-zat lainnya membentuk partikel dalam aliran darah yang terjebak dalam glomeruli. Hal ini menyebabkan peradangan dan membuat glomeruli tidak dapat bekerja dengan baik. Glomerulonefritis merupakan penyebab terbesar penyakit ginjal tahap akhir selain hipertensi, penyakit ginjal polikistik, dan penyakit ginjal obstruksi infeksi.
Glomerulonefritis bisa menyerang semua usia, baik anak-anak maupun orang dewasa. Pada anak-anak, umumnya glomerulonefritis terjadi pada usia 5-10 tahun. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada usia 20-30 tahun. Perlu diketahui, glomerulonefritis ini merupakan penyebab utama gagal ginjal tahap akhir
Kuman dan Virus
Glomerulonefritis dibagi menjadi beberapa jenis, yakni akut dan kronik. Glomerulonefritis akut terjadi mendadak tanpa ada gejala sebelumnya. Sedangkan glomerulonefritis kronik sudah menahun dan menimbulkan infeksi yang berulang. Menurut dr. Agatha Lita Kapojos, Sp.PD dari Rumah Sakit Royal Taruma, Jakarta Barat, penyebab utama glomerulonefritis adalah kuman.
"Penyebab utama glomerulonefritis akut adalah infeksi dari kuman stafilokokus," katanya.
Namun tak semua glomerulonefritis disebabkan oleh kuman atau bakteri. Masih ada penyebab lain, antara lain, virus dan parasit. Virus yang dimaksud, antara lain, virus hepatitis B, vanisula, dan virus influenza. Sementara parasit yang bisa menyebabkan munculnya penyakit ini adalah malaria dan toxoplasma.
Seperti yang sudah disinggung, fungsi utama ginjal adalah menyaring zat-zat yang terdapat di dalam tubuh. Kuman dan virus juga ikut tersaring, sehingga kemudian terjebak di dalam ginjal dan menyebabkan peradangan ginjal.
"Antibodi yang berada di sirkulasi darah akan menuju ke ginjal dan kemudian disaring di tempat itu. Kuman yang terperangkap akan bercampur dengan antibodi lainnya," terangnya.
Pada saat tubuh terserang berbagai kuman dan virus, bahkan parasit, tubuh akan membentuk antibodi. Antoimun pun terjadi dan membuat tubuh memberikan reaksi yang salah.
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak atau secara menahun. Bahkan seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Ada beberapa gejala yang muncul, antara lain, mual-mual, kurang darah atau anemia, warna urin yang menyerupai air cucian daging, sakit kepala, dan lebam pada bagian wajah khususnya pada pagi hari.
"Pada awalnya, gejala bengkak akan terjadi hanya di sekitar mata dan wajah. Tapi lama-kelamaan bisa kebagian lainnya juga," sambungnya.
Ada juga gejala penyerta lainnya seperti badan terasa lemah dan tidak ada nafsu makan.
Diagnosis dan Pengobatan.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. Dalam pemeriksaan laboratorium ini, urin pasien diperiksa untuk mengetahui apakah ada albumin di dalamnya atau tidak.
“Akan dilakukan pemeriksaan C3 untuk melihat apakah urin pasien mengandung protein tinggi atau tidak,” katanya.
Asal tahu saja, karena ginjal tidak berfungsi dengan baik, protein akan ikut larut ke dalam urin dan tidak tersaring oleh ginjal.
Pengobatan glomerulonefritis tergantung pada penyebab penyakit, apakah akut atau kronis, tingkat keparahan kerusakan ginjal, dan usia dan komorbiditas pasien.
Untuk glomerulonefritis akut, pengobatan ditujukan untuk membantu menghilangkan kelebihan cairan dan mengontrol tekanan darah tinggi. Terapi-terapi jangka panjang diperlukan hanya untuk gagal ginjal stadium akhir, yakni dengan cara transplantasi ginjal.
Pemberian antibiotik jenis pinisilin ditujukan untuk memberantas semua sisa infeksi. Antibiotik ini tidak mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, tetapi mengurangi penyebaran infeksi stafilokokus yang mungkin masih ada.
“Pemberian antibiotik selama 10 hari untuk menghilangkan sisa-sisa kuman yang masih terdapat dalam tubuh, ginjal khususnya,” katanya.
Dianjurkan juga kepada pasien untuk beristirahat kurang lebih satu bulan untuk memulihkan ginjal dan kondisinya. Pengobatan tergantung pada tingkat keparahan penyakit, penyebab, dan gejala.
Selain itu, glomerulonefritis juga dapat dicegah dengan cara mengatur pola hidup sehat, mengurangi kopi, alkohol, rokok, dan memperbanyak minum air putih.
Sumber : okezone.com
Subscribe to:
Posts (Atom)