http://sehat-ituindah.blogspot.com
SAAT sakit cacar, apakah si kecil boleh mandi? Pertanyaan itu sering terlintas dalam pikiran Moms. Lantas, apakah hal ini dibenarkan?
Menurut dr Alan R Tumbelaka SpA (K) dari Divisi Infeks dan Pediatrik Tropik, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI–RSCM, meski sedang sakit tidak ada alasan untuk tidak mandi, bagi penderita cacar air sekalipun. Memang ada yang bilang jangan mandi, supaya luka bekas cacar air yang menyerupai jaringan parut ini cepat kering. Padahal, anggapan seperti ini salah! Justru virus, bakteri atau kuman yang melekat di permukaan kulit akan tumbuh subur bila tidak dibersihkan dengan mandi, misalnya.
“Sebenarnya cacar air akan kering dengan sendirinya selama diobati sesuai saran dokter. Umumnya bisa mengering setelah satu minggu kemudian,” jelasnya menjawab pertanyaan konsultasi pembaca Moms & Kiddie, Kamis (22/7/2010).
Mengenai bagaimana memandikan si kecil yang sedang terkena cacar air, katanya, sebenarnya tidak ada aturan khusus. Hanya, jangan digosok seperti mandi pada umumnya, cukup dibasuh saja. Lebih baik gunakan sabun cair yang mengandung antiseptik, cukup tuangkan ke dalam bak mandi si kecil.
“Untuk air, bisa gunakan air keran, tidak perlu menggunakan air matang. Perlu diperhatikan saat mengeringkan tubuh si kecil sebaiknya jangan digosok, Moms cukup menempel-nempelkan handuk di bagian-bagian tubuh yang basah agar luka bekas cacar air tidak terbuka kembali,” jelasnya.
Mengenali Gejala Cacar Air
Menurut dr Alan, cacar air (varisella simplex) merupakan penyakit akut dan menular yang disebabkan oleh virus varicella zooster. Penularannya melalui percikan udara dari sekresi lendir, batuk maupun bersin. Namun, seperti penyakit yang disebabkan oleh virus, misalnya influenza, cacar air juga dapat sembuh dengan sendirinya bilamana tidak ditemukan komplikasi. Dengan kata lain, tanpa diobati pun bila daya tahan tubuh si kecil bagus dan sanggup melawan virus, bisa sembuh dengan sendirinya. Dengan masa inkubasi sekitar 2-3 hari.
“Gejala awal penderita akan mengalami sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu dan lemah. Biasanya orangtua sering terkecoh dan mengabaikannya karena menganggap hanya terkena flu biasa. Bila Moms jeli, tanda-tanda seperti ini merupakan gejala awal cacar air,” jelasnya.
Gejala lanjutan, sambungnya, biasanya timbul bintik merah kecil yang berubah menjadi benjolan berisi cairan jernih dan mempunyai dasar kemerahan. Bila sudah muncul bintik-bintik seperti ini, sebaiknya orangtua segera membawa anak ke dokter. Dalam 3-4 hari vesikel (cairan berisi air) ini akan menyebar ke seluruh tubuh, mula-mula dari dada lalu ke muka, bahu dan anggota gerak lainnya. Pada tahap ini biasanya dibarengi dengan rasa gatal yang amat sangat di sekujur tubuh. Kalau sudah demikian, penyakit cacar yang dialami si kecil harus segera diatasi oleh dokter maupun tim medis di rumah sakit setempat.
Sumber: www.okezone.com
BLOG INI BERISIKAN KUMPULAN ARTIKEL KESEHATAN TERBARU, INFO KESEHATAN, INFO PENYAKIT, TIPS SEHAT, PANDUAN HIDUP SEHAT , DSB YANG DAPAT MENJADI REFERENSI BAGI YANG MEMBUTUHKAN INFORMASI KESEHATAN. SEHAT YUK...
ALAMI DAN ILMIAH (PRODUK HERBAL/PERLEBAHAN TERBAIK)
Friday, July 23, 2010
Wednesday, July 14, 2010
Dua Syarat Keberhasilan Pengobatan Kanker
http://sehat-ituindah.blogspot.com
KANKER, satu kata yang menjadi momok banyak orang karena menyimpan tingkat kesembuhan tidak sampai 100 persen. Penyakit modern ini bisa sembuh dengan dua syarat.
Memang, kanker bukan suatu penyakit yang ringan, tapi juga bukan tanpa harapan sembuh. Syarat pertama dan utama bagi penanganan kanker adalah deteksi awal. Semakin dini dideteksi dan diketahui, maka semakin cepat diobati dan kemungkinan sembuh semakin besar.
“Keberhasilan pengobatan kanker sangat tergantung pada stadium di mana pasien mulai diobati. Pada stadium 1-2, kemungkinan sembuh adalah 80-90 persen, sedangkan untuk stadium 3-4, ya kebalikannya,” jelas Prof Dr Soehartati Gondhowiardja, spesialis onkologi radiasi pada diskusi klinis “Radioterapi untuk Kanker” di Departemen Radioterapi RSCM, Jakarta, Selasa (13/7/2010).
Syarat berikutnya adalah pengobatan kanker harus multidisiplin. Tak hanya kemoterapi atau bedah seperti diketahui (bahkan menjadi momok) kebanyakan penderita kanker, tapi juga meliputi radioterapi, patologi, radiologi, dan supporting therapy (rehabilitasi medik, gizi klinis, psikiater).
Sebagai contoh pengobatan kanker berupa radiasi. Radiasi dilakukan secara lokal dan sistemik yang berpengaruh pada efek samping yang ditimbulkan, termasuk pada selera makan. Untuk itulah, ahli gizi—salah satunya—turut ambil bagian dalam penanangan kanker.
“Efek samping bisa berupa mulut kering, mual, susah buang air besar, diare, dan sebagainya, tergantung pada obat yang diberikan. Untuk itu, sebelum menjalani kemoterapi, misalnya, pasien diberi informasi seputar efek samping, juga obat untuk mengurangi efek samping,” papar Dr Sri Wuriyanti, spesialis gizi klinik RSCM.
Cara mengatasi atau mengurangi keluhan, tambah Dr Sri, adalah memberikan pilihan makanan pengganti. Sebagai contoh, untuk masalah mulut kering, pasien disarankan untuk mengonsumsi susu atau jus buah.
“Agar tubuh tetap menyerap vitamin dan mineral dengan prinsip pemberiannya adalah volume sedikit, tapi sering. Kemudian, perhatikan pula komposisi gizi lengkap, mencakup karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan sebagainya dalam setiap asupan makanan,” jelas Dr Sri.
Alasan penting lainnya mengapa supporting therapy penting bagi pasien kanker adalah karena selain fisik, manusia memiliki banyak aspek dalam dirinya, meliputi sosial, emosional, budaya, spiritual, dan lainnya.
“Pasien mau tidak mau akan merasakan efek samping pengobatan, tapi tergantung pula pada bagaimana ia memandang penyakit. Kalau ada pasien yang diprediksikan bisa mencapai titik kesembuhan optimal, tapi karena tidak bersemangat, maka tingkat kesembuhannya akan berpengaruh. Itulah sebabnya kami (tim dokter RSCM) coba mendampingi di luar dari aspek kanker,” ungkap Dr Siti Annisa Nuhonni, spesialis rehabilitasi medik RSCM.
Sayangnya, ditegaskan Dr Siti, kebanyakan pasien datang sudah dengan kanker stadium lanjut sehingga supporting therapy juga perlu lebih waspada. “Kalau bayi lahir dipersiapkan, mengapa tidak disiapkan juga proses menuju kematian? Kami semua peduli pada pasien. Bagi kami, pasien adalah fokus kami,” tutur Dr Siti.
“Pengobatan multidisiplin bukan hanya untuk menyembuhkan kanker, tapi juga membuat quality of life penderitanya semakin baik. Kanker bisa diatasi, tapi bagaimana jika kedua tangan tidak bisa digerakkan atau selama pengobatan, gizinya terus menurun? Itulah pentingnya pengobatan multidisiplin. Namun, final decision is patient choice. Yang penting, kami komunikasikan informasi yang benar dan sampaikan pilihan pada pasien,” tukas Prof Soehartati yang juga Kepala Departemen Radioterapi RSCM ini.
Sumber: www.okezone.com
KANKER, satu kata yang menjadi momok banyak orang karena menyimpan tingkat kesembuhan tidak sampai 100 persen. Penyakit modern ini bisa sembuh dengan dua syarat.
Memang, kanker bukan suatu penyakit yang ringan, tapi juga bukan tanpa harapan sembuh. Syarat pertama dan utama bagi penanganan kanker adalah deteksi awal. Semakin dini dideteksi dan diketahui, maka semakin cepat diobati dan kemungkinan sembuh semakin besar.
“Keberhasilan pengobatan kanker sangat tergantung pada stadium di mana pasien mulai diobati. Pada stadium 1-2, kemungkinan sembuh adalah 80-90 persen, sedangkan untuk stadium 3-4, ya kebalikannya,” jelas Prof Dr Soehartati Gondhowiardja, spesialis onkologi radiasi pada diskusi klinis “Radioterapi untuk Kanker” di Departemen Radioterapi RSCM, Jakarta, Selasa (13/7/2010).
Syarat berikutnya adalah pengobatan kanker harus multidisiplin. Tak hanya kemoterapi atau bedah seperti diketahui (bahkan menjadi momok) kebanyakan penderita kanker, tapi juga meliputi radioterapi, patologi, radiologi, dan supporting therapy (rehabilitasi medik, gizi klinis, psikiater).
Sebagai contoh pengobatan kanker berupa radiasi. Radiasi dilakukan secara lokal dan sistemik yang berpengaruh pada efek samping yang ditimbulkan, termasuk pada selera makan. Untuk itulah, ahli gizi—salah satunya—turut ambil bagian dalam penanangan kanker.
“Efek samping bisa berupa mulut kering, mual, susah buang air besar, diare, dan sebagainya, tergantung pada obat yang diberikan. Untuk itu, sebelum menjalani kemoterapi, misalnya, pasien diberi informasi seputar efek samping, juga obat untuk mengurangi efek samping,” papar Dr Sri Wuriyanti, spesialis gizi klinik RSCM.
Cara mengatasi atau mengurangi keluhan, tambah Dr Sri, adalah memberikan pilihan makanan pengganti. Sebagai contoh, untuk masalah mulut kering, pasien disarankan untuk mengonsumsi susu atau jus buah.
“Agar tubuh tetap menyerap vitamin dan mineral dengan prinsip pemberiannya adalah volume sedikit, tapi sering. Kemudian, perhatikan pula komposisi gizi lengkap, mencakup karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan sebagainya dalam setiap asupan makanan,” jelas Dr Sri.
Alasan penting lainnya mengapa supporting therapy penting bagi pasien kanker adalah karena selain fisik, manusia memiliki banyak aspek dalam dirinya, meliputi sosial, emosional, budaya, spiritual, dan lainnya.
“Pasien mau tidak mau akan merasakan efek samping pengobatan, tapi tergantung pula pada bagaimana ia memandang penyakit. Kalau ada pasien yang diprediksikan bisa mencapai titik kesembuhan optimal, tapi karena tidak bersemangat, maka tingkat kesembuhannya akan berpengaruh. Itulah sebabnya kami (tim dokter RSCM) coba mendampingi di luar dari aspek kanker,” ungkap Dr Siti Annisa Nuhonni, spesialis rehabilitasi medik RSCM.
Sayangnya, ditegaskan Dr Siti, kebanyakan pasien datang sudah dengan kanker stadium lanjut sehingga supporting therapy juga perlu lebih waspada. “Kalau bayi lahir dipersiapkan, mengapa tidak disiapkan juga proses menuju kematian? Kami semua peduli pada pasien. Bagi kami, pasien adalah fokus kami,” tutur Dr Siti.
“Pengobatan multidisiplin bukan hanya untuk menyembuhkan kanker, tapi juga membuat quality of life penderitanya semakin baik. Kanker bisa diatasi, tapi bagaimana jika kedua tangan tidak bisa digerakkan atau selama pengobatan, gizinya terus menurun? Itulah pentingnya pengobatan multidisiplin. Namun, final decision is patient choice. Yang penting, kami komunikasikan informasi yang benar dan sampaikan pilihan pada pasien,” tukas Prof Soehartati yang juga Kepala Departemen Radioterapi RSCM ini.
Sumber: www.okezone.com
Friday, July 2, 2010
Lemak Esensial Penunjang Pertumbuhan
http://sehat-ituindah.blogspot.com
Sumber : www.okezone.com
TUMBUH kembang secara optimal bisa dilakukan dengan memenuhi asupan lemak esensial yang bisa didapatkan dari menu makanan anak yang dikonsumsi.
Setiap harinya seorang anak harus mendapatkan asupan komposisi seimbang antara karbohidrat (50-60 persen), protein (15-20 persen), lemak (30 persen), dan beragam jenis vitamin. Dari total 30 persen lemak yang dikonsumsi, sebaiknya tidak lebih dari 7 persen lemak adalah lemak jenuh (SAFA) dan 25 persen adalah lemak tidak jenuh.
Dikatakan oleh pakar gizi klinik yang juga anggota dari PDGKI (Persatuan Dokter Gizi Klinik Indonesia), Dr Fiastuti Witjaksono MS SpGK, bahwa menu menyajikan menu makan yang cerdas oleh orang tua sangat diperlukan demi terciptanya pola makan yang sehat, terkontrol, dan menyenangkan.
“Dalam mempersiapkan asupan makanan pada anak, kuncinya ada lah 3J yaitu jenis, jumlah dan jadwal,” katanya dalam acara peluncuran Blue Band Gold bertema “Pastikan Anak Dapat Asupan Lemak Esensial untuk Tumbuh Kembang Optimal dengan Blue Band Gold” yang diadakan oleh produk Blue Band di Jakarta, belum lama ini.
Fiastuti menuturkan, 3J tersebut terdiri atas jenis makanan dengan komposisi karbohidrat, protein, dan lemak seimbang, di samping vitamin A, B1, B2, B3, B6, B9, B12, D dan E, sedangkan untuk jumlah, maka jumlah kalori yang dikonsumsi harus sesuai kebutuhan dan dengan jadwal makan yang teratur.
Untuk memenuhi kecukupan nutrisi anak, asupan lemak esensial bisa membantu anak untuk tumbuh optimal.
Fiastuti menjelaskan, asam lemak esensial (essential fatty acid) sangat dibutuhkan bagi tumbuh kembang anak karena merupakan komponen pembentukan sel membran yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan sel dan sangat berpengaruh pada pertumbuhan fisik mereka.
Asupan lemak esensial juga dapat menjadikan sel membran menjadi lebih lentur dan mampu menyerap nutrisi lebih baik karena membantu membentuk dan mengintegrasikan sel-sel membran.
Ersa mayori adalah salah satu artis yang berusaha keras menerapkan pola makan sehat pada anak-anaknya. “Sejak kecil, ibu selalu menyediakan makanan sehat di rumah, kini saya pun menanamkan kebiasaan sehat kepada anak saya sedari dini,” tutur artis cantik ini.
Ersa menuturkan, karena kebiasaan ibunya, ia pun tertular untuk selalu menyediakan makanan sehat untuk anaknya, seperti yang ia berikan kepada anaknya, Aiska Variana, 6. Ersa menuturkan, karena sangat aktif di sekolah, maka ia harus memastikan komposisi asupan makanannya seimbang antara karbohidrat, protein, dan lemak agar kebutuhan gizinya selalu tercukupi.
“Bekal yang disiapkan untuk dibawa Kika ataupun makan siang di rumah menunya bervariasi, antara lain roti isi, makaroni, dan buah potong. Selain memberikan nutrisi, juga harus lezat agar anak suka memakannya,” sebutnya dalam acara yang sama.
Untuk memenuhi konsumsi asupan lemak esensial agar lebih seimbang, maka bisa dilakukan dengan menambahkan Blue Band Gold pada saat menyiapkan makanan bergizi anak.
Dikatakan oleh Brand Manager Blue Band PT Unilever Indonesia Tbk, Agus Nugraha, bahwa Blue Band Gold varian baru dari Blue Band adalah margarin yang dibuat dengan minyak nabati dengan kandungan lemak esensial lebih banyak yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak Indonesia.
Sumber : www.okezone.com
Thursday, May 20, 2010
Deteksi Dini Kanker Payudara

http://sehat-ituindah.blogspot.com
BAGI perempuan, menyebut penyakit yang satu ini pastilah menimbulkan rasa takut. Selain kanker rahim, kanker payudara termasuk penyakit yang paling banyak menyerang wanita.
Di beberapa negara, salah satunya Inggris, kanker payudara menjadi momok penyakit paling menakutkan. Betapa tidak, kanker payudara di negeri ini telah merenggut banyak nyawa. Ini menunjukkan betapa berbahayanya kanker payudara yang bila dibiarkan dapat membawa pada kematian.
Menurut dr Kunta Setiaji SpB SpBOnk dari SMF Bedah RS Dr Sardjito/FKU UGM, insidensi kanker payudara di Indonesia adalah 21 penderita baru per 100 ribu orang, sedangkan di Eropa insiden kanker payudara cukup tinggi yaitu 76 penderita baru per 100 ribu orang. Kanker payudara dibagi menjadi beberapa stadium:
1. Stadium nol (ductal carcinomain situ).
2. Stadium 1 (benjolan/tumor berukuran di bawah 2 sentimeter)
3. Stadium 11 A (benjolan di payudara berukuran 2-5 sentimeter)
4. Stadium 11 B (selain benjolan di payudara berukuran 2-5 sentimeter, di ketiak juga sudah teraba ada benjolan)
5. Stadium 111 A (benjolan berukuran di atas 5 centimeter)
6. Stadium 111 B (selain ada benjolan di payudara berukuran di atas 5 sentimeter, sudah ada borok di payudara).
7. Stadium IV (kanker sudah menyebar ke paru-paru, liver, tulang, kecuali rambut dan kuku).
Anda mungkin tidak pernah menyangka kalau tengah mengidap kanker payudara. Sebelumnya Anda tidak merasakan apa-apa khususnya pada bagian payudara. Anda merasa sehat-sehat saja dan tidak merasa terganggu dalam melakukan aktivitas kesehariannya. Di awal terserang kanker, Anda hanya merasakan adanya benjolan kecil di payudara atau terkadang keluar cairan dari puting susu yang itu Anda rasa tidak mengganggu. Anda pun tidak memperdulikan hal itu. Tanpa diduga, kanker payudara sedang menggerogoti Anda. Itulah gambaran gejala awal kanker ini.
Kalau Anda mengalami hal demikian, sebaiknya berhati-hati. Gejala awal sulit dideteksi, kecuali munculnya benjolan kecil atau keluarnya cairan dari puting susu yang mungkin Anda anggap biasa. Kalau tak segera dicurigai, cepat atau lambat, penyakit ini akan menyebar ke seluruh bagian tubuh, seperti kelenjar limfe, paru-paru, hati, tulang, otak dan yang lainnya. Namun, perlu dicatat, kanker bukanlah penyakit yang tidak dapat disembuhkan, asalkan dapat dideteksi sejak dini dan diobati dengan baik.
Untuk mendeteksi secara dini penyakit satu ini, pemeriksaan rutin oleh pemilik sendiri sangat dianjurkan. Periksalah payudara secara teratur, minimal sebulan sekali atau seminggu setelah selesai haid. Karena pada waktu itu payudara paling lunak sehingga bila ada tumor atau kelainan tertentu bisa lebih mudah dideteksi. Bagi Anda sudah menopouse, pemeriksaan rutin bisa dilakukan setiap awal bulan. Berikut cara indentifikasi dan pencegahan meradangnya kanker payudara.
1. Melakukan inspeksi dengan cara melihat payudara di muka cermin.
2. Melakukan palpasi dengan cara meraba payudara sambil berbaring.
3. Memijat puting susu dengan jari. Perhatikan apakah ada cairan dari puting susu, seperti cairan jernih, nanah, darah atau yang lainnya.
4. Cari tahu apakah ada sejarah kanker payudara pada keluarga. Karena payudara terkait erat dengan faktor genetik. Faktor ini berpengaruh setidaknya 10 persen dari semua kasus kanker payudara yang ada.
5. Perhatikan berat badan. Obesitas (kegemukan) nampaknya dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Para peneliti menemukan wanita dengan berat 44 sampai 55 pound setelah umur 18 sebanyak 40 persen memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara.
6. Olahraga secara teratur. Beberapa penelitian menyarankan bahwa olahraga dapat menurunkan resiko kanker payudara.
7. Jika usia Anda lebih dari 50 tahun, lakukan screening payudara secara teratur. Faktor usia menjadi faktor utama kanker payudara. Penelitian membuktikan 80 persen kanker payudara terjadi pada wanita yang berumur di atas 50 tahun.
8. Kurangi makanan berlemak.
9. Berikan ASI pada bayi.
10. Kurangi stres.
Sumber: www.okezone.comSaturday, May 15, 2010
Sehat dengan Herbal
http://sehat-ituindah.blogspot.com
PENGOBATAN herbal makin diminati oleh masyarakat. Terutama pasien yang menderita penyakit cukup berat. Obat herbal dianggap sebagai harapan baru untuk kesembuhan berbagai penyakit.
Sumber: www.okezone.com
PENGOBATAN herbal makin diminati oleh masyarakat. Terutama pasien yang menderita penyakit cukup berat. Obat herbal dianggap sebagai harapan baru untuk kesembuhan berbagai penyakit.
Mahalnya pengobatan konvensional serta ketakutan terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh obat ini, menjadikan masyarakat banyak beralih ke pengobatan herbal. Alhasil, obat herbal pun menjadi tumpuan harapan bagi pasien dengan berbagai keluhan penyakit. Terutama penyakit yang cukup berat seperti kanker.
Melihat kondisi dewasa ini, kecenderungan gaya hidup kini mulai kembali pada penggunaan produk-produk berbahan alami. Di berbagai negara, hal ini dikenal sebagai “gelombang hijau baru” atau new green wave dalam bahasa Inggrisnya. Gerakan ini berupaya menggunakan kembali bahan-bahan yang didapat dari alam.
Dari 25.000–30.000 spesies tanaman yang ada di Indonesia, sedikitnya sebanyak 9.600 di antaranya berpotensi sebagai obat. Namun, sejauh ini baru 300 spesies tanaman yang dimanfaatkan oleh industri obat tradisional.
Menurut Dr Dwi Ratna Sari H MKK, ramuan herbal berfungsi membantu proses kesembuhan dengan cara memperkuat jaringan yang terserang serta memperbaiki kerusakannya, menghentikan pendarahan, menghilangkan racun, menghilangkan rasa sakit. “Obat herbal juga bisa meningkatkan imunitas seluler dan fungsi hormonal,” kata Dwi.
Namun sejatinya, obat herbal bekerja sebagai pelengkap, bukannya pengganti obat-obat konvensional yang telah diresepkan oleh dokter. Jadi, obat ini aman dikonsumsi meski pada saat yang sama pasien juga tengah mengonsumsi obat dari dokter. Cukup beri waktu jeda 2–3 jam setelah pasien meminum obat pemberian dokter.
Akan tetapi Dwi mengaku, tidak sedikit di antara pasiennya yang telah menolak pengobatan konvensional dan beralih ke obat herbal. Ada pula pasien kanker yang memutuskan untuk menjalani terapi herbal ketimbang mengikuti kemoterapi.
“Dengan petunjuk yang diberikan seperti mengikuti diet, banyak pasien saya yang diberi kesembuhan,” kata dokter yang berpraktik di Klinik Mulyasari Medika ini.
Selain mengonsumsi obat herbal, ada baiknya pasien kanker juga menjaga makanannya. Sebaiknya penderita kanker tidak mengonsumsi daging, terutama daging hewan yang berkaki empat. Namun, sesekali pasien diizinkan menyantap ayam kampung atau ikan. Sayuran merupakan menu wajib yang harus ada di setiap jam makan. Ketika menjalani pengobatan herbal ini, Dwi mengatakan, yang paling penting adalah kondisi kejiwaan pasien. Pasien harus selalu berpikiran positif dan rela menjalani seluruh pengobatan.
“Yang pertama, pasien harus yakin bahwa pengobatan akan membawanya kepada kesembuhan, dan sabar,” beber tim peneliti Persatuan Dokter Herbal Medik Indonesia.
Kesabaran diperlukan karena obat herbal tidak bekerja secara cepat, namun memerlukan waktu, berbeda dengan obat yang diberikan dokter. Pengobatan herbal ini memang banyak dicari oleh pasien kanker.
Sayangnya, menurut Ketua Umum Perhimpunan Peneliti Bahan Alam Dr Maksum Radji, belum banyak orang yang meneliti khasiat obat herbal secara in vivo (langsung kepada pasien kanker) manusia. Namun secara sektoral, Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD), Jakarta, dan Rumah Sakit Dokter Sutomo, Surabaya, telah memulainya. Beberapa rumah sakit di Indonesia saat ini memang menyediakan poli herbal. Pengobatan secara herbal ini pun di beberapa tempat telah di-cover oleh Askes.
Maksum menambahkan, tata laksana dari Departemen Kesehatan masih tetap memakai obat sintetis, kemoterapi, dan penerapan teknologi kanker modern. Diharapkan obat herbal bisa mendampingi kemoterapi dan bersifat saling mendukung satu sama lain.
Menurut Hematologis dan Internis RSKD Profesor Dr dr Arry Harryanto Reksodiputro SpPDKHOM, obat herbal cukup efektif untuk meningkatkan imunitas tubuh pasien kanker. Pernyataannya itu didasari oleh studi yang dilakukannya kepada 15 pasien kanker nasofaring di RS Dharmais selama satu tahun terakhir. Dalam studinya tersebut, Arry memakai jenis obat herbal yang berasal dari ekstrak obat herbal China bernama tien-hsien liquid. Obat ini berisi beragam kandungan, di antaranya Cordyceps sinensis, Oldenlandia diffusae, Indigo pulverata levis, dan Polyporus umbellatus.
Penelitian dilakukan terhadap pasien kanker nasofaring yang telah menjalani terapi kemoterapi atau radiasi. Hasilnya, pemberian obat herbal selama empat pekan dapat meningkatkan imunitas pasien kanker yang biasanya menurun akibat kemoterapi ataupun radiasi.
Menurut Arry, obat herbal di China rata-rata berkhasiat meningkatkan fungsi-fungsi sel darah yang berperan dalam respon imun. Lebih jauh Arry mengatakan, sebagian besar obat herbal tidak mempunyai efek membunuh sel kanker secara langsung—berbeda dengan obat sintetis, yang langsung menyerang sel kanker.
“Obat herbal bersifat suportif, seperti menimbulkan nafsu makan, menghilangkan rasa sakit, membuat orang tidak lemas lagi, dan meningkatkan daya tahan tubuh,” ujarnya.
Dia menjelaskan, penelitiannya ini masih bersifat preliminary study atau baru evaluasi pendahuluan. Untuk melihat secara holistik, harus lebih banyak lagi studi yang mesti dilakukan kepada pasien kanker. Ke depan, bukan tidak mungkin ada interaksi antara obat herbal dan modern.
Atau sebaliknya, obat herbal malah memperkuat efek dari kemoterapi. Adapun obat herbal masih perlu sinkronisasi dari penelitian di batas in vitro ke penelitian in vivo. Menurut Maksum, yang masih menjadi kendala adalah perhitungan dosisnya.
Sumber: www.okezone.com
Mahalnya pengobatan konvensional serta ketakutan terhadap efek samping yang ditimbulkan oleh obat ini, menjadikan masyarakat banyak beralih ke pengobatan herbal. Alhasil, obat herbal pun menjadi tumpuan harapan bagi pasien dengan berbagai keluhan penyakit. Terutama penyakit yang cukup berat seperti kanker.
Melihat kondisi dewasa ini, kecenderungan gaya hidup kini mulai kembali pada penggunaan produk-produk berbahan alami. Di berbagai negara, hal ini dikenal sebagai “gelombang hijau baru” atau new green wave dalam bahasa Inggrisnya. Gerakan ini berupaya menggunakan kembali bahan-bahan yang didapat dari alam.
Dari 25.000–30.000 spesies tanaman yang ada di Indonesia, sedikitnya sebanyak 9.600 di antaranya berpotensi sebagai obat. Namun, sejauh ini baru 300 spesies tanaman yang dimanfaatkan oleh industri obat tradisional.
Menurut Dr Dwi Ratna Sari H MKK, ramuan herbal berfungsi membantu proses kesembuhan dengan cara memperkuat jaringan yang terserang serta memperbaiki kerusakannya, menghentikan pendarahan, menghilangkan racun, menghilangkan rasa sakit. “Obat herbal juga bisa meningkatkan imunitas seluler dan fungsi hormonal,” kata Dwi.
Namun sejatinya, obat herbal bekerja sebagai pelengkap, bukannya pengganti obat-obat konvensional yang telah diresepkan oleh dokter. Jadi, obat ini aman dikonsumsi meski pada saat yang sama pasien juga tengah mengonsumsi obat dari dokter. Cukup beri waktu jeda 2–3 jam setelah pasien meminum obat pemberian dokter.
Akan tetapi Dwi mengaku, tidak sedikit di antara pasiennya yang telah menolak pengobatan konvensional dan beralih ke obat herbal. Ada pula pasien kanker yang memutuskan untuk menjalani terapi herbal ketimbang mengikuti kemoterapi.
“Dengan petunjuk yang diberikan seperti mengikuti diet, banyak pasien saya yang diberi kesembuhan,” kata dokter yang berpraktik di Klinik Mulyasari Medika ini.
Selain mengonsumsi obat herbal, ada baiknya pasien kanker juga menjaga makanannya. Sebaiknya penderita kanker tidak mengonsumsi daging, terutama daging hewan yang berkaki empat. Namun, sesekali pasien diizinkan menyantap ayam kampung atau ikan. Sayuran merupakan menu wajib yang harus ada di setiap jam makan. Ketika menjalani pengobatan herbal ini, Dwi mengatakan, yang paling penting adalah kondisi kejiwaan pasien. Pasien harus selalu berpikiran positif dan rela menjalani seluruh pengobatan.
“Yang pertama, pasien harus yakin bahwa pengobatan akan membawanya kepada kesembuhan, dan sabar,” beber tim peneliti Persatuan Dokter Herbal Medik Indonesia.
Kesabaran diperlukan karena obat herbal tidak bekerja secara cepat, namun memerlukan waktu, berbeda dengan obat yang diberikan dokter. Pengobatan herbal ini memang banyak dicari oleh pasien kanker.
Sayangnya, menurut Ketua Umum Perhimpunan Peneliti Bahan Alam Dr Maksum Radji, belum banyak orang yang meneliti khasiat obat herbal secara in vivo (langsung kepada pasien kanker) manusia. Namun secara sektoral, Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD), Jakarta, dan Rumah Sakit Dokter Sutomo, Surabaya, telah memulainya. Beberapa rumah sakit di Indonesia saat ini memang menyediakan poli herbal. Pengobatan secara herbal ini pun di beberapa tempat telah di-cover oleh Askes.
Maksum menambahkan, tata laksana dari Departemen Kesehatan masih tetap memakai obat sintetis, kemoterapi, dan penerapan teknologi kanker modern. Diharapkan obat herbal bisa mendampingi kemoterapi dan bersifat saling mendukung satu sama lain.
Menurut Hematologis dan Internis RSKD Profesor Dr dr Arry Harryanto Reksodiputro SpPDKHOM, obat herbal cukup efektif untuk meningkatkan imunitas tubuh pasien kanker. Pernyataannya itu didasari oleh studi yang dilakukannya kepada 15 pasien kanker nasofaring di RS Dharmais selama satu tahun terakhir. Dalam studinya tersebut, Arry memakai jenis obat herbal yang berasal dari ekstrak obat herbal China bernama tien-hsien liquid. Obat ini berisi beragam kandungan, di antaranya Cordyceps sinensis, Oldenlandia diffusae, Indigo pulverata levis, dan Polyporus umbellatus.
Penelitian dilakukan terhadap pasien kanker nasofaring yang telah menjalani terapi kemoterapi atau radiasi. Hasilnya, pemberian obat herbal selama empat pekan dapat meningkatkan imunitas pasien kanker yang biasanya menurun akibat kemoterapi ataupun radiasi.
Menurut Arry, obat herbal di China rata-rata berkhasiat meningkatkan fungsi-fungsi sel darah yang berperan dalam respon imun. Lebih jauh Arry mengatakan, sebagian besar obat herbal tidak mempunyai efek membunuh sel kanker secara langsung—berbeda dengan obat sintetis, yang langsung menyerang sel kanker.
“Obat herbal bersifat suportif, seperti menimbulkan nafsu makan, menghilangkan rasa sakit, membuat orang tidak lemas lagi, dan meningkatkan daya tahan tubuh,” ujarnya.
Dia menjelaskan, penelitiannya ini masih bersifat preliminary study atau baru evaluasi pendahuluan. Untuk melihat secara holistik, harus lebih banyak lagi studi yang mesti dilakukan kepada pasien kanker. Ke depan, bukan tidak mungkin ada interaksi antara obat herbal dan modern.
Atau sebaliknya, obat herbal malah memperkuat efek dari kemoterapi. Adapun obat herbal masih perlu sinkronisasi dari penelitian di batas in vitro ke penelitian in vivo. Menurut Maksum, yang masih menjadi kendala adalah perhitungan dosisnya.
Mengenali Cacingan pada si Kecil
http://sehat-ituindah.blogspot.com
ANAK-ANAK rentan terkena cacingan. Selalu menjaga kebersihan tangan dan sanitasi lingkungan menjadi kunci utama mencegah anak terkena cacingan.
Sumber: www.okezone.com
ANAK-ANAK rentan terkena cacingan. Selalu menjaga kebersihan tangan dan sanitasi lingkungan menjadi kunci utama mencegah anak terkena cacingan.
Jangan anggap sepele cacingan karena jika tidak cepat memberantas parasit ini, dikhawatirkan anak akan kekurangan nutrisi. Cacing akan menyerap zat gizi dalam tubuh dan membuat kurus anak yang diserang. Dampaknya bagi si penderita ternyata tak kalah berbahaya ketimbang penyakit lain. Apalagi yang jadi korban kebanyakan adalah anak-anak. Akibatnya selain perkembangan fisiknya terganggu, kemampuan otak pun bisa terhambat.
Ciri-ciri anak cacingan
Mengenai kaki kasar dan belekan merupakan ciri-ciri cacingan, alangkah baiknya jika Moms memeriksakan ke dokter spesialis anak untuk lebih memastikan lagi apakah si kecil memang cacingan atau tidak. Umumnya ciri anak cacingan
Seperti dikutip dari Mom & Kiddie, dr Muhidin SpA dari Rumah Sakit Harapan Bunda, Jalan Raya Bogor Km 22 Nomor 24, Rambutan, Jakarta Timur menjelaskan ciri-ciri anak kena cacingan adalah:
- Pucat, lesu, tidak bergairah.
- Gangguan pertumbuhan seperti berat badan tidak naik meski nafsu makan besar.
- Kurus namun berperut buncit.
- Anak gelisah di malam hari dan suka menggaruk pantatnya.
- Gangguan lambung dan usus seperti mulas dan diare berkala atau sebaliknya, sulit buang air besar.
- Batuk-batuk.
Cacing tambang dan cacing kremi
Ada dua spesies cacing tambang yang biasa menyerang manusia, Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Sekira seperempat penduduk dunia terinfeksi oleh cacing tambang. Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembap, dengan tingkat kebersihan yang buruk.
Cacing kremi paling sering ditemukan kebanyakan pada anak. Infeksi dapat pada seluruh lapisan sosio ekonomi. Jika satu keluarga terkena bukan berarti standar higienis keluarga tersebut buruk. Gejalanya gatal di daerah anus bisa juga di vulva vagina. Jika anak ibu tidur nungging, cari dulu apa penyebabnya? Apakah karena anusnya gatal? Atau karena apa? Jika ia terlihat menggaruk-garuk area sekitar anus bisa jadi anak Moms terkena cacing kremi.
Cegah cacingan
- Ajari anak untuk selalu membiasakan mencuci tangan dengan sabun sehabis bermain, sebelum makan, dan sesudah makan.
- Potong kuku anak secara teratur. Kuku panjang bisa menjadi tempat bermukim larva cacing. Cucilah sayuran di air mengalir dan masaklah daging hingga benar-benar matang.
- Biasakan agar anak tidak memasukkan tangan ke dalam mulut.
- Beri obat cacing enam bulan sekali untuk memotong siklus hidup cacing. Anda bisa memulainya ketika anak berusia enam bulan.
- Jaga selalu kebersihan sanitasi lingkungan.
Sumber: www.okezone.com
Monday, May 3, 2010
Influenza Bisa Menyebabkan Gagal Ginjal
http://sehat-ituindah.blogspot.com
DALAM tubuh, ginjal memiliki peran kunci. Tidak hanya menyaring darah dan membersihkan limbah tubuh, namun juga menjaga keseimbangan tingkat-tingkat elektrolit, mengontrol tekanan darah, dan menstimulasi produksi sel-sel darah merah.
Sumber : okezone.com
DALAM tubuh, ginjal memiliki peran kunci. Tidak hanya menyaring darah dan membersihkan limbah tubuh, namun juga menjaga keseimbangan tingkat-tingkat elektrolit, mengontrol tekanan darah, dan menstimulasi produksi sel-sel darah merah.
Ginjal terletak di belakang perut, satu kiri dan satu kanan tulang belakang. Ginjal mendapat suplai darah melalui srteri-arteri ginjal langsung dari aorta dam mengirim balik darah ke jantung melalui pembuluh vena ginjal.
Glomerulonefritis merupakan salah satu penyakit ginjal yang biasa disebut dengan peradangan ginjal. Penyakit ginjal yang biasa disebut dengan peradangan ginjal. Penyakit ini ditandai dengan peradangan sebagian glomeruli ginjal. Kondisi ini dapat terjadi ketika sistem imun tubuh lumpuh.
Antibodi dan zat-zat lainnya membentuk partikel dalam aliran darah yang terjebak dalam glomeruli. Hal ini menyebabkan peradangan dan membuat glomeruli tidak dapat bekerja dengan baik. Glomerulonefritis merupakan penyebab terbesar penyakit ginjal tahap akhir selain hipertensi, penyakit ginjal polikistik, dan penyakit ginjal obstruksi infeksi.
Glomerulonefritis bisa menyerang semua usia, baik anak-anak maupun orang dewasa. Pada anak-anak, umumnya glomerulonefritis terjadi pada usia 5-10 tahun. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada usia 20-30 tahun. Perlu diketahui, glomerulonefritis ini merupakan penyebab utama gagal ginjal tahap akhir
Kuman dan Virus
Glomerulonefritis dibagi menjadi beberapa jenis, yakni akut dan kronik. Glomerulonefritis akut terjadi mendadak tanpa ada gejala sebelumnya. Sedangkan glomerulonefritis kronik sudah menahun dan menimbulkan infeksi yang berulang. Menurut dr. Agatha Lita Kapojos, Sp.PD dari Rumah Sakit Royal Taruma, Jakarta Barat, penyebab utama glomerulonefritis adalah kuman.
"Penyebab utama glomerulonefritis akut adalah infeksi dari kuman stafilokokus," katanya.
Namun tak semua glomerulonefritis disebabkan oleh kuman atau bakteri. Masih ada penyebab lain, antara lain, virus dan parasit. Virus yang dimaksud, antara lain, virus hepatitis B, vanisula, dan virus influenza. Sementara parasit yang bisa menyebabkan munculnya penyakit ini adalah malaria dan toxoplasma.
Seperti yang sudah disinggung, fungsi utama ginjal adalah menyaring zat-zat yang terdapat di dalam tubuh. Kuman dan virus juga ikut tersaring, sehingga kemudian terjebak di dalam ginjal dan menyebabkan peradangan ginjal.
"Antibodi yang berada di sirkulasi darah akan menuju ke ginjal dan kemudian disaring di tempat itu. Kuman yang terperangkap akan bercampur dengan antibodi lainnya," terangnya.
Pada saat tubuh terserang berbagai kuman dan virus, bahkan parasit, tubuh akan membentuk antibodi. Antoimun pun terjadi dan membuat tubuh memberikan reaksi yang salah.
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak atau secara menahun. Bahkan seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Ada beberapa gejala yang muncul, antara lain, mual-mual, kurang darah atau anemia, warna urin yang menyerupai air cucian daging, sakit kepala, dan lebam pada bagian wajah khususnya pada pagi hari.
"Pada awalnya, gejala bengkak akan terjadi hanya di sekitar mata dan wajah. Tapi lama-kelamaan bisa kebagian lainnya juga," sambungnya.
Ada juga gejala penyerta lainnya seperti badan terasa lemah dan tidak ada nafsu makan.
Diagnosis dan Pengobatan.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium. Dalam pemeriksaan laboratorium ini, urin pasien diperiksa untuk mengetahui apakah ada albumin di dalamnya atau tidak.
“Akan dilakukan pemeriksaan C3 untuk melihat apakah urin pasien mengandung protein tinggi atau tidak,” katanya.
Asal tahu saja, karena ginjal tidak berfungsi dengan baik, protein akan ikut larut ke dalam urin dan tidak tersaring oleh ginjal.
Pengobatan glomerulonefritis tergantung pada penyebab penyakit, apakah akut atau kronis, tingkat keparahan kerusakan ginjal, dan usia dan komorbiditas pasien.
Untuk glomerulonefritis akut, pengobatan ditujukan untuk membantu menghilangkan kelebihan cairan dan mengontrol tekanan darah tinggi. Terapi-terapi jangka panjang diperlukan hanya untuk gagal ginjal stadium akhir, yakni dengan cara transplantasi ginjal.
Pemberian antibiotik jenis pinisilin ditujukan untuk memberantas semua sisa infeksi. Antibiotik ini tidak mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, tetapi mengurangi penyebaran infeksi stafilokokus yang mungkin masih ada.
“Pemberian antibiotik selama 10 hari untuk menghilangkan sisa-sisa kuman yang masih terdapat dalam tubuh, ginjal khususnya,” katanya.
Dianjurkan juga kepada pasien untuk beristirahat kurang lebih satu bulan untuk memulihkan ginjal dan kondisinya. Pengobatan tergantung pada tingkat keparahan penyakit, penyebab, dan gejala.
Selain itu, glomerulonefritis juga dapat dicegah dengan cara mengatur pola hidup sehat, mengurangi kopi, alkohol, rokok, dan memperbanyak minum air putih.
Sumber : okezone.com
Subscribe to:
Posts (Atom)