http://sehat-ituindah.blogspot.com
APA yang terbayang di benak Anda jika dokter memvonis gagal ginjal? Hidup serasa berakhir, untuk bertahan pun harus melakukan transplantasi ginjal atau cuci darah di rumah sakit seumur hidup.
Ginjal merupakan salah satu organ vital bagi manusia. Selama ini ada anggapan yang kurang tepat bahwa ginjal hanya memproduksi urine. Padahal ada banyak fungsi yang dimainkan sepasang organ yang berbentuk seperti kacang merah dan besarnya kira-kira sekepalan tangan ini.
Antara lain mengatur keseimbangan asam basa dan cairan tubuh, serta mengatur tekanan darah dan metabolisme (pembentukan) tulang. Selain itu, ginjal juga memproduksi hormon eritroprotein (EPO) yang mengirimkan sinyal kepada sumsum tulang untuk membuat sel-sel darah merah.
Jika fungsi ginjal terganggu, atau bahkan mengalami kegagalan, tak hanya kualitas hidup menurun, pengobatan seumur hidup tentunya juga memakan biaya yang tidak sedikit. Pada kondisi ini fungsi ginjal menurun hingga kurang dari 15 persen zat sisa yang tidak bermanfaat lagi bagi tubuh tidak dapat dikeluarkan dan akhirnya meracuni tubuh. Ginjal kian mengecil (mengerut) dan tidak ada obat yang bisa mengembalikannya seperti semula.
Untuk menggantikannya, pasien harus melakukan terapi pengganti ginjal (TPG) melalui transplantasi ginjal atau menjalani dialisis. Transplantasi ginjal dilakukan dengan mencangkokkan satu ginjal orang sehat (donor) ke tubuh penderita (resipien) sehingga penderita dapat hidup normal tanpa keharusan melakukan dialisis.
TPG ini paling mahal dibanding terapi lainnya. Ini dikarenakan sulitnya mencari donor ginjal, dan obat-obatan yang harus diminum pascatransplantasi juga mahal harganya.
"Mencari pendonor ginjal merupakan hal yang amat sulit. Padahal, orang bisa hidup normal dengan hanya satu ginjal," kata ahli penyakit ginjal dari RS PGI Cikini Jakarta, Dr Tunggul D Situmorang SpPD KGH Dipl/MMed Sci.
Ia memaparkan, sukses tidaknya transplantasi diukur dari dua hal, yaitu keberhasilan bedah dan medik. Setelah ginjal si donor berhasil dicangkokkan ke resipien, selanjutnya dilihat apakah ginjal tersebut bisa berfungsi dengan baik?
"Jika tidak cocok bisa terjadi rejeksi hiperakut," ujarnya seraya menambahkan bahwa pendonor terbaik adalah anggota keluarga dari lini pertama, yaitu ayah, ibu, atau saudara kandung.
"Ini berkaitan dengan faktor kesesuaian tipe jaringannya, makin sesuai tissue typing-nya, makin besar pula tingkat keberhasilannya," imbuhnya.
Sementara itu, hemodialisis (HD) atau yang dikenal dengan cuci darah dilakukan menggunakan mesin. Dengan alat pemompa (pump), darah dialirkan keluar dari tubuh ke dialiser (ginjal buatan) untuk dibersihkan. Cairan pembersih (dialisat) dialirkan ke ginjal buatan (dialiser) yang berfungsi membersihkan racun-racun dan mengeluarkan cairan dari tubuh melalui proses difusi dan ultrafiltrasi. Setelah dibersihkan, darah dialirkan kembali ke dalam tubuh. HD harus dilakukan di rumah sakit, dengan frekuensi 2-3 kali seminggu dan prosesnya memakan waktu 4-5 jam.
Selain dua terapi tersebut, pasien juga bisa memilih dialisis melalui membran rongga perut yang dilakukan secara berkesinambungan atau CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis). Dalam hal ini yang berfungsi sebagai filter adalah selaput atau membran peritoneum
Proses diawali dengan memasukkan cairan dialisis ke dalam rongga perut melalui selang kateter yang telah ditanam dalam rongga perut. Teknik ini memanfaatkan selaput rongga perut untuk menyaring dan membersihkan darah. Ketika cairan dialisis berada dalam rongga perut, zat-zat racun dalam darah akan dibersihkan dan kelebihan air akan ditarik.
Proses ini dilakukan empat kali sehari dan bersifat praktis karena bisa dilakukan sendiri di rumah oleh pasien setelah dilatih terlebih dulu. Waktu yang dibutuhkan untuk setiap pergantian cairan adalah 30 menit.
Gejala yang Datang Tak Disadari
Di zaman modern ini, banyak penyakit yang datang tanpa keluhan. Penyakit ginjal kronis (PGK) biasanya timbul secara perlahan dan sifatnya menahun dengan sedikit gejala pada awalnya.
"Kadang gejalanya sama sekali tidak terasa, tahu-tahu saat didiagnosis sudah gagal ginjal," kata ahli ginjal dari RS Cikini, Prof DR Dr Endang Susalit SpPD-KGH. "Ada banyak penyebab gagal ginjal. Kalau di Indonesia kebanyakan karena diabetes, hipertensi, dan infeksi batu ginjal," sebut dia.
Kendati sulit dideteksi, jika fungsi ginjal terganggu biasanya akan menimbulkan keluhan-keluhan seperti tubuh bengkak yang diawali dari kedua kaki, kulit kasar, mual dan muntah, gangguan pengecapan dan nafsu makan menurun.
Selain itu, badan lemas dan cepat lelah, sesak napas, sering pusing, pucat dan kurang darah. Pada beberapa penderita juga mengalami gatal-gatal, libido turun, vena di leher melebar, kram, kejang, bahkan tidak sadar (koma). Keluhan tersebut bisa berbeda-beda antara penderita satu dengan lainnya.
Untuk itulah perlunya pemeriksaan kepada dokter ahli ginjal (nephrologist) untuk mencegah atau memperlambat penurunan fungsi ginjal dengan mengendalikan penyakit penyebab atau penyerta. Lakukan diet sehat dan seimbang untuk mengendalikan asupan protein, natrium, dan kalium sesuai terapi yang disarankan.
Selain itu, olahraga secara teratur juga penting untuk dilakukan, dan yang pasti lakukan semuanya sesuai petunjuk dan rekomendasi dari dokter.
Sumber: okezone.com