http://sehat-ituindah.blogspot.com
PENDERITA gangguan bipolar mempunyai ciri perubahan perasaan yang dapat naik turun secara cepat. Umumnya terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sayangnya, gangguan tersebut berisiko menular kepada si kecil.
Sebuah penelitian terbaru menyimpulkan, saat orangtua memiliki kelainan bipolar, maka anak-anak mereka berisiko terkena kelainan kejiwaan juga. Dr Boris Birmaher dan rekan-rekannya dari University of Pittsburgh Medical Center yang menuliskan laporan ini dalam Archives of General Psychiatry. Mereka mengungkapkan, hasil penelitiannya sebagai indikasi perlunya identifikasi dan perawatan dini bagi anak-anak yang orangtuanya mengalami gangguan bipolar.
Kelainan bipolar yang dikenal sebagai depresi kejiwaan membuat penderitanya mengalami perubahan suasana hati yang sangat berbeda. Terkadang mengalami depresi yang ekstrem sehingga tidak bisa melakukan apa-apa. Tak jarang penderitanya merasakan kegembiraan yang meluap-luap.
Hasil penelitian dari The Pittsburgh Bipolar Offspring Study diujicobakan pada 388 anak dari 233 orangtua yang memiliki kelainan bipolar. Sementara itu, 251 anak lainnya dari 143 orangtua yang tidak memiliki kelainan bipolar. Hasilnya menunjukkan bahwa anak dengan orangtua yang memiliki kelainan bipolar berisiko 13 kali lebih besar terkena penyakit yang sama seperti orangtua mereka dibandingkan anak yang orangtuanya tidak memiliki kelainan bipolar. Secara bersamaan, memiliki ayah-bunda dengan kelainan bipolar menghalangi si kecil untuk memiliki kelainan suasana hati lima kali lipat lebih besar.
Penelitian menyebutkan, sepuluh keluarga yang diteliti, kedua orangtuanya mengalami kelainan bipolar. Anak-anak yang kedua orangtuanya mengalami kelainan bipolar ternyata berisiko 3,6 kali lebih tinggi terkena penyakit yang sama dibandingkan yang salah satu orangtuanya mengalami kelainan bipolar. Lebih dari tiga perempat anak yang diteliti mengalami kelainan bipolar mereka yang pertama sebelum menginjak usia 12 tahun.
"Lebih dari setengah anakanak yang memiliki orangtua kelainan bipolar menyatakan belum didiagnosis memiliki penyakit kejiwaan. Ini merupakan kesempatan dan kebutuhan yang besar untuk melakukan pencegahan utama terhadap populasi yang berisiko tinggi ini," tandas Birmaher.
Sehubungan penelitian tersebut, psikiater dari Psychosomatic Clinic Rumah Sakit Omni Intenational Hospital Alam Sutera, Tangerang, dr Andri, SpKJ berpendapat, bipolar sebenarnya bukan tertular, melainkan memang gangguan yang termasuk gangguan mood, gangguan jiwa yang punya faktor genetik kuat.
"Biasanya ada di antara keturunan sedarah yang mengalami ini dan hal itu sudah diteliti bahwa memang gangguan mood sangat berkaitan dengan faktor genetik dan keturunan," papar anggota Divisi Kesehatan Jiwa, Fakultas Kedokteran, UKRIDA.
Karena itu, tidak salah kalau seorang psikiater pasti akan menanyakan riwayat keluarga yang mempunyai keluhan yang sama bila pasien yang datang ke tempat praktiknya seorang pasien bipolar, gangguan depresi, ataupun gangguan distimia. Ketiganya merupakan gangguan mood.
Gangguan bipolar dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu gangguan bipolar I, gangguan bipolar II, gangguan bipolar campuran, dan siklotimik. Gangguan bipolar I yaitu gangguan bipolar yang paling umum terjadi. Kondisi ini dihubungkan dengan satu atau lebih episode manic. Gangguan bipolar I lebih banyak episode manik daripada depresi.
Lain halnya dengan gangguan bipolar II, gangguan ini ialah kondisi yang diasosiasikan dengan satu atau lebih episode depresi. Pada gangguan tipe tersebut lebih banyak mengalami episode depresi, sedangkan untuk gangguan bipolar campuran antara episode depresi dan episode manik tidak ada aturannya. Gangguan ini bisa muncul episode manik terlebih dahulu atau sebaliknya, episode depresi dahulu.
Sedangkan tipe siklotimik, perubahan antara episode depresi dan episode manik berubah cepat sekali. Perubahan mood yang tiba-tiba menyerang si penderita.
Sumber: okezone.com