http://sehat-ituindah.blogspot.com
SELAIN kaya antioksidan penangkal radikal bebas, kedelai dapat menurunkan risiko kanker payudara. Terutama bila dikonsumsi sejak usia kanak-kanak, kanker ganas pun bisa dicegah.
Bersyukurlah kita yang tinggal di Indonesia. Seperti halnya negara Asia lainnya, Indonesia berlimpah bahan pangan kaya serat dan memiliki efek penyembuh atau pencegah penyakit. Sebut saja kedelai. Berdasarkan penelitian terbaru, kedelai disinyalir dapat menurunkan risiko kanker payudara hingga 58 persen lebih rendah.
Penelitian tersebut berawal dari rasa "iri" dan penasaran para peneliti melihat data dan fakta yang menyebutkan bahwa angka kejadian kanker payudara pada wanita kulit putih di Amerika berkisar 4-7 kali lebih tinggi dibanding wanita Asia seperti di China dan Jepang. Uniknya, jika kaum hawa asal Asia pindah ke Amerika dan menetap di Negeri Paman Sam itu, risiko keturunannya terkena kanker payudara juga meningkat.
"Hal ini menguatkan dugaan bahwa di luar aspek genetik, terdapat faktor pemicu lain dari kanker payudara. Nah, kami ingin mencari bukti keterlibatan aspek diet dan gaya hidup yang mungkin menjadi penyebab perbedaan risiko kanker antara wanita di Asia dan Amerika," ungkap Regina Ziegler dari divisi epidemiologi dan genetik Institut Nasional Kanker Amerika Serikat.
Untuk tujuan tersebut, tim peneliti mewawancarai hampir 1.600 partisipan wanita keturunan China, Jepang, dan Filipina yang tinggal di San Fransisco, Oakland, Los Angeles, Kalifornia, dan Hawai. Sekitar 600 di antaranya merupakan pengidap kanker payudara. Para ibu dari para partisipan yang tinggal di Amerika juga ditanyai perihal konsumsi kedelai dari anak perempuannya pada masa kanak-kanak.
Dari ribuan partisipan tersebut, diketahui bahwa wanita yang mengonsumsi kedelai dalam jumlah paling banyak memiliki risiko 58 persen lebih rendah untuk terkena kanker payudara dibanding kelompok wanita yang mengonsumsi kedelai dalam jumlah paling sedikit. Fungsi perlindungan ini lebih rendah jika konsumsi kedelai baru dilakukan saat remaja atau dewasa, kendati tetap terjadi penurunan risiko sebesar 20-25 persen.
"Penelitian kami menunjukkan, asupan kedelai sejak masa kanak- kanak terkait penurunan risiko kanker payudara secara signifikan," ujar rekan sejawat Ziegler dari Divisi Genetika Klinis Institut Kanker Nasional Amerika, Dr Larissa Korde, dalam laporan penelitian yang diterbitkan jurnal Cancer Epidemiology, Biomarkers and Prevention.
Keterkaitan antara masa kanak-kanak dengan konsumsi kedelai dan pengurangan risiko kanker berlaku untuk semua partisipan, tanpa memandang riwayat kanker payudara pada keluarga. "Jadi, aspek ?waktu memulai konsumsi kedelai' sangat penting. Dalam hal ini harus dibiasakan sejak masa kanak- kanak," tandas Korde.
Memang masih belum jelas mengapa kedelai punya fungsi perlindungan terhadap kanker. Namun, peneliti berspekulasi bahwa konsumsi kedelai lebih dini kemungkinan dapat menghambat siklus hidup sel-sel abnormal penyebab kanker payudara.
Hal ini terkait zat yang terkandung dalam kedelai, yakni isoflavon yang konon memproduksi hormon yang ?mirip' estrogen dan menawarkan fungsi perlindungan dari kanker dengan cara menghancurkan sel-sel abnormal dan mengurangi peradangan. Percobaan terhadap hewan juga menunjukkan, kedelai membantu jaringan payudara matang lebih awal sehingga memiliki daya tangkal lebih baik terhadap agen-agen penyebab kanker.
Kendati demikian, Ziegler mengatakan, terlalu dini bagi orangtua untuk mulai menambahkan kedelai dalam menu diet putri kecil mereka. "Ini merupakan studi pertama yang mengevaluasi asupan kedelai dan pengaruhnya terhadap risiko kanker, dan saya rasa ini belum cukup untuk dijadikan dasar merekomendasikan konsumsi kedelai secara luas," sebutnya.
Setiap tahun kanker payudara dialami sekitar 1,2 juta pria dan wanita di seluruh dunia, dengan angka kematian berkisar 500.000 orang. Sekitar 5 persen-10 persen penyebab kanker payudara adalah faktor yang diwariskan.
Adapun faktor risiko lainnya antara lain lesi prakanker di payudara, usia pada saat melahirkan (anak pertama setelah usia 30 tahun atau tidak memiliki anak), haid pertama terlalu cepat, terlambatnya menopause, dan berat badan berlebih (obesitas).
Sumber: okezone.com