http://sehat-ituindah.blogspot.com
MELAHIRKAN secara caesar harus diikuti dengan perhatian besar terhadap kesehatan bayi. Sebab, bayi terlahir caesar rentan serangan penyakit.
Salah satunya adalah soal mikroflora, saluran cerna yang punya peranan penting dalam pembentukan daya tahan tubuh bayi. Pembentukan kolonisasi saluran cerna yang tertunda, seperti pada bayi yang lahir secara caesar diyakini memengaruhi daya tahan tubuh mereka. Imbasnya, meningkatkan risiko alergi dan penyakit infeksi hingga usia lima tahun.
Bayi yang dilahirkan dari proses persalinan caesar rentan terkena penyakit. Kelemahan ini bisa muncul karena kurangnya mikrobiota atau bakteri baik pada saluran cerna. Padahal, bakteri baik ini berfungsi membantu pertahanan tubuh dari serangan mikroorganisme jahat atau patogen.
Kata lainnya, mikrobiota usus pada bayi yang dilahirkan normal tidak sama dengan pada bayi yang dilahirkan caesar. Bayi yang terlahir dengan operasi khusus membutuhkan waktu sekitar enam bulan untuk mencapai mikrobiota usus yang serupa dengan bayi lahir secara normal.
Data yang diperoleh dari suatu hasil penelitian (Gronlud et al, Clin Exp Allergy 1999)bifidobakteria pada bayi lahir caesar, akan tertunda. Diperlukan waktu hingga enam bulan untuk menyamai bayi yang lahir normal. Itulah yang menyebabkan muncul perbedaan antara bayi lahir normal dan caesar.
Bifidobakteria adalah salah satu kelompok bakteri yang menguntungkan (probiotik) yang ada di dalam saluran cerna. Keberadaan mereka terbukti mampu menekan pertumbuhan bakteri pathogen sehingga dapat membantu imunitas lokal di daerah pencernaan.
"Dari adanya waktu enam bulan tersebut, ternyata sampai saat ini belum ada lagi studi yang menyatakan bahwa waktu tersebut bisa dipercepat," papar mantan Guru Besar Allergy Prevention and Paediatrics dari Karolinska Institutet Swedia, Prof Bengt Bjorksten MD PhD pada acara talkshow bertema Peluang Perlindungan Alami bagi Bayi yang Lahir Caesar yang digelar Nestle Indonesia di Hotel Gran Melia Jakarta, belum lama ini.
Bengt memaparkan, setelah bayi caesar itu lahir, maka naluri untuk bayi mencari air susu ibu (ASI) pada bayi caesar dengan bayi normal sangat berbeda. Jika bayi dilahirkan normal, ASI langsung bisa diberikan saat keluar dari rahim ibunya. Dan di sanalah proses naluriah yang terjalin antara anak dan ibu sudah dapat terlihat. "Anak secara otomatis langsung mencari di mana letak ASI itu berada," ucap Bengt.
Sementara pada bayi yang dilahirkan dari proses persalinan caesar, dibutuhkan waktu 30 menit sampai 2 jam setelah operasi baru bisa diberikan ASI milik ibunya. Sebab, kilah dia, sang ibu masih dalam kondisi sakit atau nyeri pascaoperasi caesar. "Tetapi mau bagaimanapun itu keadaannya, inisiasi ASI harus terus dilakukan. Alasannya, terdapat kolostrum yang keluar pada ASI pertama kali diberikan untuk bayi yang baik bagi pertumbuhan bayi kemudian hari," jelasnya.
Penelitian menunjukkan, bakteri menguntungkan seperti bifidobakteria yang diperoleh pada periode awal kelahiran, sangat dibutuhkan untuk mengenali dan membentuk toleransi terhadap zat-zat asing yang masuk ke tubuh. Dominasi bifidobakteria dalam saluran cerna, berkaitan dengan kesehatan bayi yang baik.
Pentingnya peranan bakteri menguntungkan ini menjelaskan mengapa bayi yang dilahirkan secara caesar dilaporkan memiliki kasus alergi dan infeksi yang lebih tinggi. "Pengaruh kondisi awal kelahiran, seperti cara kelahiran dan penggunaan antibiotik, dan lain-lain, memiliki efek sangat besar terhadap pola mikroflora saluran cerna. Mikroflora saluran cerna sangat penting untuk merangsang sistem daya tahan tubuh dalam kondisi normal," tuturnya.
Penelitian Bengt pada tahun 2001 membuktikan bahwa bayi-bayi penderita alergi terbukti memiliki lebih sedikit bifidobakteria pada feses (tinja) mereka. Hal ini masih terlihat hingga buah hati Anda berusia 5 tahun. "Pada kondisi saat ini, banyak sekali penyakit-penyakit yang semakin meningkat jumlah penderitanya.
Seperti infeksi, alergi, dan saluran cerna. Faktor timbulnya penyakit tersebut bukan hanya polusi dari lingkungan, juga dari gaya hidup termasuk juga faktor konsumsi sang ibu, saat dia mengandung," sebut Ketua Divisi Gastrohepatology Departemen Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Prof Agus Firmansyah, MD, PhD.
Sumber: okezone.com