ALAMI DAN ILMIAH (PRODUK HERBAL/PERLEBAHAN TERBAIK)

ANDA BUTUH PRODUK PERLEBAHAN SEPERTI: ROYAL JELLY, MADU, POLLEN , PROPOLIS, HUB. SAYA DI 081342042120

Saturday, January 10, 2009

Penyakit Kawasaki

http://sehat-ituindah.blogspot.com

Penyakit Kawasaki, Demam Berujung Kerusakan Jantung

PENYEBAB
kematian Jett Travolta, anak aktor John Travolta, masih menyimpan tanda tanya besar. Namun, kejadian ini melambungkan nama penyakit misterius yang disebut Kawasaki.

Berakit ke hulu
Berenang ke tepian
Kawasaki dulu
Jantung kemudian

Pantun adaptasi di atas tak bermaksud menakuti, tapi demikianlah gambaran "kekhasan" dari penyakit Kawasaki (PK). Selama sepekan terakhir, media massa di seluruh dunia gencar memperbincangkan PK terkait kematian mendadak putra aktor John Travolta, Jett Travolta, sehari setelah merayakan tahun baru di Bahama, Amerika.

Hingga hasil akhir autopsi, tim medis hanya menyiratkan kematian putra sulung pasangan Travolta dan Kelly Preston itu disebabkan "serangan misterius". Beragam spekulasi pun muncul, tapi kuat dugaan kematian remaja berusia 16 tahun itu terkait PK yang pernah diidapnya saat usia 2 tahun.

Penyakit Kawasaki umumnya memang menyerang anak-anak usia kurang dari 5 tahun, dan paling sering pada anak umur 1-2 tahun. Gejala klasiknya adalah demam tinggi hingga mencapai 41 derajat Celsius dan berlangsung lebih dari lima hari.
Kendati serangan PK terjadi saat balita, dampaknya bisa terus berlanjut seumur hidup, terutama bila sudah telanjur terjadi kerusakan pada pembuluh koroner jantung. Dengan kata lain, PK merupakan salah satu kondisi yang memungkinkan seseorang mengalami serangan jantung pada usia remaja.

Ahli jantung anak Dr Najib Advani SpA (K) MMed (Paed) mengungkapkan, sekitar 60 persen-80 persen kejadian PK bersifat ringan dan tidak sampai mengenai jantung.

Dengan pengobatan tepat dan tidak terlambat, pasien mungkin masih bisa sembuh. Akan tetapi, sekitar 20 persen-40 persen kasus telah terjadi kerusakan pada pembuluh koroner jantung. Sebagian akan sembuh, tapi sebagian lain terpaksa menjalani hidup dengan jantung yang cacat akibat aliran darah koroner yang terganggu.

"PK juga dapat merusak katup jantung yang dapat menimbulkan kematian mendadak beberapa tahun kemudian. Kemungkinan kambuhnya penyakit ini sekitar 3 persen," ujar dokter yang menjabat Ketua Kawasaki Center yang berbasis di RS Omni International Hospital Alam Sutera, Tangerang.

Penulis buku Mengenal Penyakit Kawasaki itu mengungkapkan, di Indonesia diperkirakan terdapat 5.000 kasus PK baru setiap tahun. Dari prakiraan tersebut, hanya sekitar 100-200 kasus yang diketahui. Selain itu, masih kurangnya pengetahuan masyarakat akan penyakit yang tidak menular tersebut menyebabkan diagnosis acap kali terlambat. Bahkan, kalangan medis pun masih ada yang belum paham. Untuk itu, orangtua hendaknya waspada jika buah hatinya mengalami demam tinggi dan dalam 2-3 hari tidak menunjukkan perbaikan.

"Segera periksakan ke dokter, jangan sampai terlambat! Paling tidak dalam 5-7 hari anak telah mendapatkan pengobatan dari dokter. Jika demam sudah berlangsung lebih dari 10 hari tanpa pengobatan, dikhawatirkan sudah terjadi kerusakan terhadap organ lain. Paling berbahaya kalau sudah kena ke jantung," sebutnya.

Hal lain yang menyulitkan diagnosis PK adalah karena penampakan penyakit ini yang dapat mengelabui mata. Misalnya, setelah 2-3 hari demam biasanya akan muncul bintik merah di kulit sehingga dikira penyakit campak. Pembengkakan di salah satu sisi leher juga terkadang membuat dokter terlalu dini menyimpulkannya sebagai penyakit gondong. Untuk itu, Najib sangat menekankan perlunya edukasi lebih dalam bagi dokter dan masyarakat.

Hingga kini, penyebab PK masih belum diketahui secara pasti sehingga cara pencegahannya pun belum ada. Meski diduga kuat akibat suatu infeksi, belum ada bukti yang meyakinkan. Terbukti, pasien PK tidak menunjukkan perbaikan setelah diberi obat-obatan antibiotik, bahkan dalam dosis tinggi sekalipun.

Lebih lanjut Najib memaparkan, pasien yang telah terdiagnosis PK mutlak harus diberikan imunoglobulin selama 10-12 jam. Sayangnya, harga obat ini cukup mahal, berkisar Rp1 juta per gram. Padahal, pasien PK membutuhkan imunoglobulin dua gram per kg berat badan. Misalnya, anak dengan bobot badan 15 kg membutuhkan 30 gram atau seharga Rp30 juta!

Sumber: okezone.com