http://sehat-ituindah.blogspot.com
BANYAK orang menganggap serangan bell's palsy sebagai stroke. Padahal dua penyakit ini sangat berbeda karena bell's palsy tidak disertai kelemahan anggota gerak seperti stroke.
Seperti stroke, penyakit ini biasanya menyerang secara tiba-tiba. Lagi-lagi pascaserangan, beberapa penderita mengalami gangguan seperti pascastroke. Gangguan tersebut antara lain wajah tidak simetris, mulut mencong, hingga kelopak mata tak bisa menutup sempurna. Bell palsy adalah penyakit yang ditemukan oleh Sir Charles Bell, seorang ahli bedah Skotlandia yang menemukan penyakit ini pada abad ke-19. Penyakit ini menimbulkan derajat keluhan klinis yang beragam.
Walaupun demikian, wajah yang tidak simetris, kelopak mata yang tidak dapat menutup sempurna, gangguan pengecapan, serta sensasi mati rasa (baal atau kebas) pada salah satu sisi wajah merupakan keluhan yang sering terjadi. Itulah yang membuat penyakit ini dianggap sebagai stroke.
Pada beberapa kasus serangan bell's palsy disertai dengan hiperakusis (sensasi pendengaran yang berlebihan), telinga berdengung, nyeri kepala dan perasaan melayang. Keluhan tersebut terjadi mendadak dan mencapai puncaknya dalam dua hari. Keluhan yang terjadi diawali nyeri pada telinga yang sering kali dianggap sebagai infeksi.
Berbeda dengan serangan stroke, bell's palsy tidak disertai dengan kelemahan anggota gerak. Hal ini disebabkan letak kerusakan saraf yang berbeda. Pada stroke disebabkan rusaknya bagian otak yang mengatur pergerakan salah satu sisi tubuh, kanan atau kiri termasuk wajah. Sedangkan pada bell's palsy, kerusakan terjadi langsung pada saraf wajah. Saraf fasialis, demikian nama serabut saraf yang mengurus bagian wajah dan merupakan bagian dari 12 pasang saraf otak. Saraf ini berasal dari bagian batang otak yang disebut pons. Dalam perjalanannya menuju kelenjar parotis, saraf fasialis ini harus melalui suatu lubang sempit dalam tulang tengkorak yang disebut kanalis falopia. "Setelah mencapai kelenjar parotis, saraf fasialis ini akan bercabang menjadi ribuan serabut saraf yang lebih kecil yang berada di daerah wajah, leher, kelenjar liur, kelenjar air mata, 60 persen bagian depan lidah dan sebagian telinga, itulah sumber serangan bell's palsy," kata Spesialis Saraf Rumah Sakit Umum Pusat Pertamina (RSPP) Dr Iwan Budianto.
Ditambahkan Iwan, serangan bell's palsy sering terjadi ketika seseorang baru bangun dari tidur.
Biasanya wajah terasa mencong sebelah dan salah satu mata sulit ditutup dengan rapat. Ketika mencoba untuk minum, air akan keluar dari mulut karena saraf bagian wajah tidak bisa digerakkan dengan normal. "Bedanya dengan stroke, bell's palsy tidak diiringi dengan kelumpuhan separo badan. bell's palsy hanya menyerang bagian wajah," tutur dokter yang berdomisili di Kelapa Gading tersebut.
Bell's palsy, menurut dia, juga dapat terjadi pada pria atau wanita dengan segala usia. Penyakit ini disebabkan kerusakan saraf fasialis yang bisa pula diawali radang, penekanan atau pembengkakan. "Penyebab kerusakan ini tidak diketahui dengan pasti. Kendati demikian, para ahli meyakini infeksi virus herpes simpleks sebagai penyebabnya. Dengan begitu, terjadi proses radang dan pembengkakan saraf. "Pada kasus yang ringan, kerusakan yang terjadi hanya pada selubung saraf saja sehingga proses penyembuhannya lebih cepat, sedangkan pada kasus yang lebih berat dapat terjadi jeratan pada kanalis falopia yang dapat menyebabkan kerusakan permanen serabut saraf," tambah dia.
Sekitar 80-85 persen kasus bell's palsy, dapat sembuh dalam tiga bulan. Akan tetapi, beberapa penelitian mengatakan obat antivirus dan antiinflamasi efektif mempercepat proses penyembuhan apalagi jika pemberiannya sedini mungkin. Sedangkan nyeri dapat diatasi dengan analgetik seperti parasetamol dan ibuprofen, untuk pertumbuhan serabut saraf yang rusak dapat digunakan terapi vitamin dengan menggunakan vitamin B6 dan B12.
Terapi adalah cara tepat untuk penyembuhan. Mata adalah bagian yang harus diperhatikan pada penderita bell's palsy. Kelopak mata yang tidak dapat menutup sempurna yang tentu saja menimbulkan masalah baru, seperti iritasi serta infeksi mata. Untuk mencegah infeksi, berikan air mata buatan, mengedipkan mata secara manual, penggunaan pemberat kelopak mata hingga tindakan operatif. "Yang harus juga diperhatikan adalah melakukan latihan wajah. Lakukan minimal dua atau tiga kali sehari dan perhatikan pula kualitas latihan wajah," kata dia.
Pada fase akut, latihan dapat dimulai dengan kompres hangat dan pemijatan pada wajah. Pijatan ini bisa meningkatkan aliran darah pada otot-otot wajah. Kemudian latihan dilanjutkan dengan gerakan-gerakan wajah tertentu yang dapat merangsang otak untuk tetap memberi sinyal agar menggerakkan otot-otot wajah. Sebaiknya latihan ini dilakukan di depan cermin. "Gerakan yang dapat dilakukan berupa dalam latihan seperti tersenyum, bersiul, mengatupkan bibir, mengerutkan hidung dan dahi juga mengangkat alis secara manual dengan keempat jari," tambah dia.
Mantan penderita bell's palsy yang masih melakukan terapi wajah, Irma (45) mengaku kalau pada tahap awal serangan bell's palsy yang menyerangnya dianggap sebagai serangan stroke ringan. "Wajah terasa kebas dan kelopak mata yang tidak bisa menutup dengan rapat, waktu itu saya kira stroke. Setelah dirawat di rumah sakit ternyata bell's palsy.
Hingga hari ini saya dua bulan sudah mengikuti terapi wajah yang bisa dilakukan kapan saja," kata Irma.
Sumber: okezone.com