http://sehat-ituindah.blogspot.com
KANKER tak hanya menyerang orang dewasa, anak-anak pun bisa terkena. Salah satu kanker yang paling sering menyerang mereka adalah kanker otot.
Dengan suara yang lantang, Sonia Rahayu asyik menyanyikan lagu Laskar Pelangi. Bocah berusia 11 tahun tersebut terlihat begitu bersemangat. Di balik keceriaannya, Sonia memendam rasa sakit dalam tubuhnya.
Dua tahun lalu, dokter memvonis bocah asal Pandeglang, Jawa Barat, tersebut mengidap kanker otot. Mungkin sedikit sekali orang yang tahu mengenai kanker otot. Karena kanker ini memang tidak begitu sering menimpa.
Hal tersebut juga dikatakan Ketua III Pendidikan & Penyuluhan Yayasan Kanker Indonesia Dr Sumarjati Arjoso, SKM. "Angka kejadian kanker otot di Indonesia adalah 5 sampai dengan 9% dari semua kanker pada anak yang ada," ujarnya.
Kanker otot yang dalam istilah kedokterannya disebut dengan rabdomyosarkoma. Kanker ini dapat menyerang otot di mana saja. Pada anak biasanya di daerah kepala, leher, kandung kemih, prostat, dan vagina.
"Kanker otot adalah sejenis penyakit tumor ganas yang menyerang otot-otot yang disebut rhabdomyosarkoma," ucap dokter ahli bedah onkologi Rumah Sakit Dharmais Dr. Denni Joko Purwanto Sp.B(K)Onk.
Gejala yang mengawali penyakit ini berbeda-beda, tergantung letaknya. Pada rongga mata, dapat menyebabkan mata menonjol keluar, benjolan di mata.
Di telinga menyebabkan nyeri atau keluarnya darah dari lubang telinga. Di saluran kemih menyebabkan gangguan berkemih. Jika mengenai otot lurik anggota gerak, menimbulkan pembengkakan. "Gejala klinis tergantung lokasi kanker tersebut tumbuh," ucap dokter yang juga praktik di Rumah Sakit Omni Alam Sutera,Tangerang.
Denni mengatakan, keluhan utama yang sering timbul adalah benjolan yang umumnya tidak nyeri dan jika sudah lanjut tentu berhubungan dengan keluhan penekanan pada jaringan sekitarnya. "Semua usia bisa terserang penyakit ini," ucap dokter lulusan Universitas Indonesia ini.
Akan tetapi, rhabdomyosarkoma merupakan jenis sarcoma jaringan lunak yang sering ditemukan pada anak (SJLA) yaitu kurang lebih 60% pada SJLA di bawah 5 tahun dan kurang lebih 23 % pada anak 15-20 tahun, serta ditemukan sedikit lebih tinggi pada anak laki-laki. Mantan Kepala Divisi Hematologi FKUI/ RSCM Prof.Dr. Djajadiman Gatot SpA(K), juga mengatakan hal yang sama.
Dia menyebutkan, kanker otot ini memang banyak menyerang usia balita. Walaupun belum diketahui secara pasti, mungkin saja hal tersebut terjadi karena aktivitas balita yang meningkat sehingga ada gangguan pada ototnya.
"Mungkin karena memang dasarnya sudah ada kanker otot, ditambah dengan aktivitas yang meningkat, maka tercetuslah kanker otot pada anak tersebut," ujar dokter kelahiran Jakarta,11 Agustus 1944 ini.
Begitu pula pada saat usia remaja. Kanker otot ini juga banyak terjadi. Djajadiman menuturkan, mengapa umur balita dan remaja karena pada masa itulah pertumbuhan tulang cepat yang juga diperkirakan adanya perkembangan otot yang juga cepat. Sama seperti penyebab kanker lainnya, dr Denni menjelaskan, menurut data epidemiologi, kanker otot juga belum diketahui secara pasti penyebabnya.
"Kanker merupakan penyakit kronis yang dapat dikontrol dengan pengobatan yang baik. Modalitas utama adalah operasi dilanjutkan dengan ajuvan kemoterapi dan radioterapi," tutur dr Denni yang praktik di Rumah Sakit Karya Bakti, Bogor. Pengobatan operasi merupakan modalitas utama.
Operasi pada anak dan orang tua pun sama tekniknya. Jika kanker ini menyerang anggota gerak, haruslah dengan tindakan limb sparring operation yaitu menyelamatkan fungsi ogan tersebut. Untung saja dunia medis begitu agresif mencari cara mengobati penyakit ini. Seperti penemuan alat-alat diagnostik baru seperti CT Scaning, MRI bahkan PET Scaning banyak membantu dalam hal diagnostik juga peran diagnostik histopatologi.
Lebih lanjut dr Denni menuturkan, teknik operasi kemajuan kemoterapi, radioterapi juga banyak mengalami kemajuan. Bahkan, kini kemajuan biomolecular targeting therapy sedang dikembangkan.
"Kanker tentu bisa mengalami kekambuhan maupun metastasis jauh. Oleh karena itu, kontrol rutin merupakan salah satu upaya pencegahannya," paparnya.
Karena penyebab pasti penyakit ini belum diketahui, hal-hal untuk menghindari penyakit ini, pencegahan yang harus dilakukan adalah dengan menghilangkan faktor-faktor risikonya.
"Hindari bahan kimia, pola hidup sehat, dan seimbang adalah kunci terhindar dari penyakit ini," pesan dokter yang pernah melakukan penelitian tentang Biomolecular & Research Cancer,di Tokyo Medical Dental University, Jepang, tahun 2008
Sumber: Okezone.com