ALAMI DAN ILMIAH (PRODUK HERBAL/PERLEBAHAN TERBAIK)

ANDA BUTUH PRODUK PERLEBAHAN SEPERTI: ROYAL JELLY, MADU, POLLEN , PROPOLIS, HUB. SAYA DI 081342042120

Thursday, April 16, 2009

Gaya Hidup Pemicu Stroke

http://sehat-ituindah.blogspot.com
PADA 2020, penyakit jantung dan stroke diprediksi menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Jika tak ingin menjadi salah satu korbannya, perbaiki gaya hidup Anda mulai sekarang!

Derajat kesehatan seseorang dapat diamati dari gaya hidup yang dijalaninya sehari-hari. Sebut saja obesitas yang beberapa tahun terakhir menjadi epidemi dunia. Salah satu pemicunya adalah perubahan gaya hidup seperti konsumsi makanan cepat saji dan inaktivitas fisik dari manusia modern yang serbapraktis.

Obesitas tak sekadar menjadikan tampilan fisik seseorang tidak menarik, lebih jauh lagi dapat menjadi pemicu berbagai penyakit berbahaya seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes, penyakit jantung, dan stroke.

Kendati masyarakat kerap menganggap hipertensi dan diabetes lebih ringan dibanding penyakit jantung dan stroke, sejatinya keempat penyakit tersebut sama berbahayanya karena dapat saling terkait satu sama lain. Selain itu, keempatnya sama-sama berakar pada gangguan pembuluh darah atau metabolisme tubuh.

"Orang dengan diabetes harus diobati secara agresif seperti orang dengan penyakit jantung. Begitu pun orang hipertensi, jika tekanan darahnya tinggi dan disertai kolesterol tinggi, risiko kematian juga meningkat. Karena itu, perlu penanganan yang baik," sebut spesialis jantung dan pembuluh darah, Dr Santoso Karo Karo MPH SpJP(K).

Di antara beragam penyakit terkait pembuluh darah jantung (kardiovaskular), yang paling ditakuti adalah ancaman stroke, mengingat penyakit ini menyerang pembuluh darah di susunan saraf pusat (otak) dan dapat menyebabkan kematian mendadak.

Seperti kita ketahui, otak merupakan pusat komando dari seluruh sistem tubuh. Di antara organ tubuh lainnya, otak merupakan organ vital yang membutuhkan pasokan darah paling banyak, yakni sekitar 700 mililiter per menit. Jika pasokan ini berkurang atau terganggu, otomatis fungsi otak akan tersendat. Akibatnya, keseluruhan fungsi tubuh ikut terkena imbasnya.

Penanda awal stroke bisa diamati, misalnya kesulitan memegang sendok dan garpu saat makan, susah mengancingkan baju, tangan tak lagi cekatan, dan tulisan atau tanda tangan makin jelek. Indikator lainnya adalah mudah lupa, kesulitan berjalan atau saat berjalan sandal jepitnya sering terlepas.

Adapun gejala lanjutan biasanya lebih terasa mengganggu seperti berkurangnya kekuatan sebelah anggota tubuh, gangguan bicara (pelo), mulut mencong, pusing, gangguan penglihatan, serta gangguan rasa (sensasi) di kulit sebelah wajah, lengan atau tungkai. Jika berlangsung dalam jangka panjang, risikonya adalah kecacatan, bahkan kematian mendadak.

Tanggap meminta pertolongan dokter sedini mungkin akan memperkecil risiko kerusakan saraf otak. "Perjalanan untuk menjadi penyakit kardiovaskular, termasuk stroke, membutuhkan waktu puluhan tahun. Jadi, penyakit ini sebetulnya bisa dicegah," ucap Santoso.

Mantan Kepala Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki) itu mengungkapkan, salah satu faktor risiko terbesar untuk terjadinya stroke adalah tekanan darah tinggi yang diderita hampir 700 juta orang di seluruh dunia.

Sebab itu, menurunkan tekanan darah dan mengontrolnya agar tetap stabil menjadi kunci utama penanganan penyakit kardiovaskular. Pola hidup juga harus dimodifikasi untuk mengontrol beragam faktor risiko.

"Faktor gaya hidup, kurang olahraga, merokok, dan obesitas merupakan contoh penyebab stroke yang bisa dicegah sejak awal," sebut Konsultan Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Pusat Jantung Nasional RS Harapan Kita Jakarta, dr Aulia Sani SpJP(K).

Pernyataan tersebut diamini Spesialis Bedah Saraf RS Mayapada, Tangerang, Dr Syafrizal Abubakar SpBS. Selama ini 75% stroke menyerang usia 65 tahun ke atas. Namun, setelah mendapati pasien stroke usia 30, makin bertambah keyakinan bahwa perubahan gaya hidup merupakan salah satu faktor risiko stroke yang patut diwaspadai.

Faktor lainnya yang juga memicu stroke, antara lain tekanan darah tinggi, kolesterol, atheroskelerosis, pengentalan darah yang tinggi, merokok, gangguan irama jantung, dan obesitas.

Di samping gaya hidup, faktor psikologis juga turut menjadi pemicu stroke. Beberapa kasus stroke di usia muda biasanya juga diakibatkan tingkat stres yang tinggi dan pola makan buruk. Mekanismenya, stres memicu naiknya tekanan darah dan menaikkan kolesterol dalam darah. Kondisi inilah yang membuat pembuluh darah menjadi tersumbat. Belum lagi ditambah kebiasaan kawula muda mengonsumsi makanan cepat saji.

Kondisi panik juga bisa mempercepat serangan stroke. Seseorang yang mengalami cemas berlebih misalnya, jantungnya akan berdetak lebih kencang, napas tersengal- sengal, dan berisiko tinggi mengalami serangan jantung atau stroke.

Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam The Archives of General Psychiatry menyebutkan, orang yang mempunyai perasaan depresi, marah, dan rasa permusuhan akan meningkatkan risiko serangan jantung.

"Penelitian ini menyebutkan serangan panik dalam daftar gangguan emosional dan gejala psikiatri yang dihubungkan dengan meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular dan kematian," kata peneliti dari Rumah Sakit Umum Massachusetts di Boston, Dr Jordan Smoller.

Sementara itu, Direktur Divisi Penyakit Kardiovaskular Sekolah Kedokteran Universitas Florida Selatan, Vibhuti N Singh MD MPH FACC FSCAI, mengingatkan, jika seseorang mengalami sakit atau tidak nyaman pada bagian dada, mulut, bahu, lengan atau punggung, maka bisa jadi orang yang bersangkutan rentan mengalami serangan jantung ataupun stroke.

Kalangan medis dunia merasa prihatin dengan tingginya angka kematian akibat penyakit kardiovaskular yang mencapai sekitar 7 juta jiwa per tahun, yang mana lebih dari separuhnya disebabkan stroke. Di Amerika, setiap tahunnya terdapat 780.000 kasus stroke, yang menempatkannya pada urutan ketiga penyakit penyebab kematian di Negeri Paman Sam itu. Penyakit stroke terbagi atas dua jenis, yaitu haemorragic dan non-haemorragic.

Stroke haemorragic terjadi manakala ada pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah dan merembes ke otak, lalu merusaknya. Sementara stroke non-haemorragic
adalah penyumbatan yang disebabkan penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah atau pembekuan darah yang menyumbat aliran darah ke otak.
Sumber: okezone.com